Setiap Hamba dalam Keadaan Tak Tahu Arah

22 04 2010

Ya Allah, kami benar-benar tak tahu arah. Tunjukilah kami pada jalan-Mu yang lurus.

Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan dari Allah ‘azza wa Jalla, sesungguhnya Allah telah berfirman:

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezholiman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezholiman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi. Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.

Wahai hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian tak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.

Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.

Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk kalian, kemudian Kami akan membalasnya.

Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri”. (HR. Muslim no. 6737)

Keutamaan Hadits Di Atas

Dalam lanjutan lafazh hadits di atas

قَالَ سَعِيدٌ كَانَ أَبُو إِدْرِيسَ الْخَوْلاَنِىُّ إِذَا حَدَّثَ بِهَذَا الْحَدِيثِ جَثَا عَلَى رُكْبَتَيْه

Sa’id berkata bahwa dulu ketika Abu Idris Al Khowlaniy (yang meriwayatkan hadits ini) jika dia membacakan hadits ini dia langsung tersungkur untuk berlutut.

Kami katakan : Suatu pelajaran penting dari kisah ini. Lihatlah bahwa para salaf dahulu, hati-hati mereka lebih terpengaruh dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena kandungannya yang sangat mendalam dan begitu mengena. Mereka tidaklah terpengaruh dengan cerita-cerita bualan dan fiktif seperti kebiasaan orang saat ini. Orang-orang saat ini hanya bisa terpengaruh jika membaca novel yang menyedihkan yang sebenarnya ditulis atas dasar bualan. Dan inilah tipu daya iblis terhadap mereka. Novel-novel saat ini membuat mereka menjauh dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta jalan hidup salaf (generasi terbaik umat ini) yang sebenarnya penuh dengan lautan ilmu dan terdapat kisah-kisah/pelajaran-pelajaran yang amat menyentuh hati. Tetapi saat ini banyak yang melalaikannya. Hati siapakah yang rusak? Hati ulama terdahulu ataukah orang saat ini?

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47] : 24)

Allah Mengharamkan Tindak Zholim

Dalam hadits ini, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا

“”Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezholiman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezholiman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi.”

Berikut adalah perkataan Syaikh Abdul Muhsin dalam Fathul Qowi Al Matin fi Syarhi Arba’in.

“Kezholiman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Allah telah mengharamkan kezholiman atas dirinya dan menghalanginya dari dirinya. Padahal Allah itu memiliki qudroh (kemampuan), namun tidak ada kezholiman dari Allah selamanya. Hal ini disebabkan kesempurnaan keadilan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ

Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.” (QS. Ghofir [40] : 31)

وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushilat [41] : 46)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun.” (QS. Yunus [10] : 44)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah.” (QS. An Nisa’ [4] : 40)

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا

Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.” (QS. Thoha [20] : 112). Maksudnya adalah tidak perlu takut (gusar) dengan kebaikan yang berkurang ataupun kejelekan yang bertambah atau pula akan ditimpakan kejelekan dari orang lain.

Ayat-ayat di atas dijelaskan tentang dinafikannya (ditiadakannya) kezholiman dari Allah Ta’ala, maka ini mengandung adanya penetapan sifat keadilan yang sempurna dari Allah Ta’ala.

Ibnu Rojab –Al Hambali- dalam Jami’ul Ulum wal Hikam berkata,

وكونُه خَلَقَ أفعالَ العباد وفيها الظلم لا يقتضي وصفه بالظلم سبحانه وتعالى، كما أنَّه لا يُوصف بسائر القبائح التي يفعلها العباد، وهي خَلْقُهُ وتقدِيرُه، فإنَّه لا يُوصَف إلاَّ بأفعاله، لا يوصف بأفعال عباده، فإنَّ أفعالَ عباده مخلوقاته ومفعولاته، وهو لا يوصف بشيء منها، إنَّما يوصف بما قام به مِن صفاته وأفعاله، والله أعلم

“Allah menciptakan perbuatan hamba, di dalamnya terdapat suatu bentuk kezholiman yang dilakukan oleh hamba tersebut, maka ini tidaklah berarti Allah juga bersifat zholim. Sebagaimana Allah juga tidak disifati dengan sifat-sifat jelek lainnya yang dilakukan oleh hamba, walaupun setiap perbuatan hamba adalah makluk dan takdir (ketetapan) Allah. Allah tidaklah disifati kecuali dengan perbuatan-Nya saja dan tidak disifati dengan perbuatan hamba-Nya. Setiap perbuatan hamba adalah makhluk dan ciptaan-Nya. Namun, Allah tidaklah disifati dengan sesuatu dari perbuatan hamba tersebut. Allah hanyalah disifati dengan sifat dan perbuatan yang Dia melakukannya sendiri. Wallahu a’lam.”

Dalam hadits ini Allah telah mengharamkan hamba-Nya untuk berbuat zholim. Maka janganlah seseorang menzholimi dirinya sendiri ataupun menzholimi orang lain.” –Inilah nukilan dari Fathul Qowi

Semua Hamba dalam Keadaan Tak Tahu Arah

Dalam lanjutan hadits ini, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ

“Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.”

Dinukil dari Fathul Qowi, Ibnu Rojab –Al Hambali- berkata dalam Jami’ul Ulum wal Hikam.

“Sebagian orang mungkin ada yang mengatakan bahwa hadits ini bertentangan dengan hadits ‘Iyadh bin Himar di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ

Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan berada di jalan yang lurus.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lainnya dikatakan, “Dalam keadaan muslim lalu setan mengalihkannya dari jalan yang lurus.”

Hal ini tidaklah demikian. Tetapi yang dimaksudkan adalah bahwa Allah menciptakan Bani Adam (keturunan Adam) dalam keadaan menerima Islam dan condong kepadanya, bukan pada yang lainnya. Namun, setiap orang tidaklah bisa tetap dalam fitroh ini kecuali dengan adanya kekuatan. Yaitu seseorang harus mempelajari Islam. Karena seseorang sebelum belajar, dia berada dalam keadaan jahil (bodoh), tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun” (QS. An Nahl [16] : 78)

Allah juga mengatakan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang sesat , lalu Dia memberikan petunjuk.” (QS. Adh Dhuha [93] : 7). Dan yang dimaksudkan adalah ‘Dia mendapatimu dalam keadaan tidak mengetahui apa yang dia ajarkan dari Al Kitab dan Al Hikmah (kecuali dengan petunjuk-Nya, pen).

Hal ini juga semakna dengan firman Allah Ta’ala,

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu.” (QS. Asy Syuura [42] : 52)

Oleh karena itu, manusia pada asalnya dilahirkan dalam keadaan fitroh yaitu menerima kebenaran. Jika Allah memberi petunjuk pada seseorang, Allah akan memberinya sebab dengan diajarkan mengenai petunjuk. Jadilah, dia orang yang mendapatkan petunjuk dengan perbuatan setelah sebelumnya dia menjadi orang yang mendapatkan petunjuk dengan kekuatan pada dirinya (usahanya). Namun, jika Allah ingin menelantarkan seseorang, Allah akan menakdirkan baginya dengan diajarkan berbagai hal yang menyebabkan seseorang keluar dari fitroh. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap bayi yang lahir berada di atas fitrohnya. Lalu ayahnya-lah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Bukhari) –Inilah perkataan Ibnu Rojab-

Dalam hadits ini terdapat perintah untuk meminta hidayah kepada Allah. Hidayah di sini meliputi hidayah petunjuk berupa pemberian penjelasan ilmu[1] (hidayatu ad dalalah wal irsyad) dan hidayah taufik untuk beramal dan menerima dakwah[2] (hidayatu at tawfiq wat tasdid). (Ingatlah), kebutuhan hamba pada hidayah melebihi kebutuhannya pada makan dan minum. Sebagaimana terdapat dalam surat Al Fatihah[3]. Dalam ayat itu, kita selalu meminta kepada Allah Ta’ala hidayah yang baru dan menambahkan kita hidayah dari hidayah yang sudah ada.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan bahwa hadits ini mendorong kita untuk menuntut ilmu. Karena Allah mengatakan kita semua sesat. (Dan jalan keluarnya adalah dengan mencari ilmu, pen). Ingatlah bahwa menuntut ilmu adalah sebaik-baik amalan. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, ”Tidak ada yang dapat memalingkan orang dalam menuntut ilmu bagi yang benar niatnya.” Menuntut ilmu agama pada zaman ini tentu lebih wajib (lebih ditekankan lagi) karena tersebarnya berbagai kebodohan dan banyak yang berfatwa tanpa ilmu. (Lihat Syarh Al Arba’in An Nawawiyyah, Syaikh Ibnu Utsaimin)

Sangat Butuh pada-Nya

Dalam lanjutan hadits ini, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ

“Wahai hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku, kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya..”

Dalam dua kalimat ini menunjukkan bahwa hamba sangat butuh kepada Rabbnya. Kebutuhan mereka kepada Rabbnya adalah dalam memperoleh rizki dan pakaian. Mereka –sebagai hamba-hamba Allah- haruslah hanya meminta kepada-Nya baik dalam masalah makanan dan pakaian. –Inilah nukilan dari Fathul Qowi

Ya Hayyu, Ya Qoyyum. Wahai Zat yang Maha Hidup lagi Maha Kekal. Dengan rahmat-Mu, kami memohon kepada-Mu. Perbaikilah segala urusan kami dan janganlah Engkau sandarkan urusan tersebut pada diri kami, walaupun hanya sekejap mata. Amin Yaa Mujibbas Sa’ilin.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com





Keutamaan Ayat Kursy

1 04 2010

Pendahuluan

Ayat Kursy mempunyai kedudukan yang agung dan tempat yang  tinggi, karena mengandung dzikir yang mulia dan pengetahuan yang utama, berupa peng-Esa-an Allah, keagungan, dan sifat-sifat-Nya. Tidak ada dzikir dan pengetahuan yang lebih besar daripada dzikir dan pengetahuan tentang Allah.

Dalam hal ini Imam Ar-Razy berkata, “Ketahuilah bahwa dzikir dan pengetahuan menyertai apa yang harus didzikiri dan diketahui. Jika yang harus didzikiri dan diketahui lebih mulia, maka dzikir dan pengetahuannya juga lebih mulia. Sementara itu, yang harus didzikiri dan diketahui yang paling mulia adalah Allah SWT. Setiap pembicaraan yang mengandung sifat-sifat keagungan dan kebesaran-Nya merupakan puncak pembicaraan. Karena ayat ini mengandung pembicaraan seperti itu, maka tidak heran jika ayat ini mempunyai kedudukan tersendiri dan kemuliaan yang agung.

Ayat Kursy adalah Ayat yang Paling Agung di Dalam Al-Qur’an

Rasulullah saw. mengabarkan bahwa ayat Kursy merupakan ayat yang paling agung di dalam al-Qur’an. Muslim meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab ra., dia berkata, “Rasulullah saw. bertanya kepadanya, ‘Wahai Abul-Mundzir (Ubay bin Ka’ab), tahukah engkau apakah ayat dari Kitab Allah yang paling agung menurutmu?”

Dia menjawab, “Allahu laa ilaha illa huwal-hayyul-qayyum.” Maksudnya adalah ayat Kursy.

Beliau menepuk dadaku seraya bersabda, “Demi Allah, semoga dadamu penuh dengan ilmu wahai Abul-Mundzir’.”

Perkataan yang paling baik adalah perkataan Allah Yang Maha Pengasih, dan sebaik-baik firman-Nya yang diturunkan adalah al-Qur’an, dan kandungan al-Qur’an yang paling baik dan agung adalah ayat Kursy. Sungguh betapa agung kedudukannya dan betapa tinggi posisinya.

Ibnu Taimiyah memberi catatan tentang kedudukan ayat Kursy yang paling agung di dalam al-Qur’an, “Di dalam al-Qur’an tidak ada satu ayat pun yang mempunyai kandungan seperti yang dikandung ayat Kursy. Memang Allah disebut di awal surat Al-Hadid dan akhir surat Al-Hasyr. Tapi itu dalam beberapa ayat dan bukan dalam satu ayat.”

Di dalam Ayat Kursy terdapat Asma Allah yang Agung

Allah mempunyai Asma’ul husna, dan kita diperintahkan untuk berdoa dengan menyebut asma-asma-Nya itu. Di antara asma-asma yang penuh barakah itu ada asma yang agung. Jika Allah dimintai dengan disertai penyebutan asma itu, maka Dia pasti akan memberi, dan jika didoai, maka Dia pasti mengabulkan. Rasulullah saw. mengabarkan bahwa asma-Nya yang agung disebutkan di dalam berbagai ayat al-Qur’an, diantaranya adalah ayat Kursy.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid ra., dia berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Di dalam dua ayat ini, ‘Allahu laa ilaha illa huwal-hayyul-qayyum’, dan ‘Alif lam mim. Allahu la ilaha illah huwal-hayyul-qayyum’, terdapat asma Allah yang agung.”

Yang pertama ayat Kursy dan yang kedua ayat 1 dan 2 dari surat Ali Imran.

Hakim meriwayatkan dari Qasim bin Abdurrahman, dari Abu Umamah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Sesungguhnya asma Allah yang agung berada di dalam tiga surat di dalam al-Qur’an, Surat Al-Baqarah, Ali Imran dan Thaha.”

Lalu saya (Qasim bin Abdurrahman) mencari-cari, dan ternyata di dalam surat Al-Baqarah terdapat ayat Kursy: ‘Allahu laa ilaha illa huwal-hayyul-qayyum’, dan di dalam surat Ali Imran terdapat ‘Alif lam mim. Allahu laa ilaha illa huwal-hayyul-qayyum’, dan di dalam surat Thaha terdapat ‘Wa anatil-qujuhu-lil-hayyil-qayyum’.

Barangsiapa ingin berdoa dengan asma Allah dan doanya dikabulkan, maka hendaklah dia berdoa dengan menyebutkan ayat Kursy ini. Ya Allah, anugerahilah doa kami dengan asma-Mu yang agung dan dikabulkan bagi kamu, ya hayyu ya qayyumu.

Menurut Ibnu Taimiyah, asma Allah yang paling agung adalah Al-Hayyu. Menurutnya, Al-Hayyu itu sendiri merupakan kebutuhan bagi semua sifat dan dasarnya. Maka dari itu ayat yang paling agung di dalam al-Qur’an adalah Allahu laa ilaha illa huwal-hayyul-qayyum. Sedangkan menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah, asma Allah yang paling agung adalah Al-Hayyu-qayyum. Menurutnya, jika doa disertai penyebutan ini, maka Dia akan mengabulkan dan jika dimintai niscaya akan memberi. Inilah asma-Nya Al-Hayyu-qayyum.

Setan Menghindari Orang yang Membaca Ayat Kursy

Setan selalau berusaha menimpakan mudharat kepada manusia. Tapi Allah yang mengasihi hamba-Nya juga telah mensyariatkan beberapa hal yang bisa menjaga mereka dari kejahatan setan dan menjauhkannya dari mereka. Diantaranya adalah membaca ayat Kursy. Rasulullah saw. telah mengabarkan bahwa bacaan ayat Kursy bisa menjauhkan setan dari orang yang membacanya dan sekaligus bisa menjaganya dari kejahatan. Hal ini telah disebutkan dalam berbagai hadis, diantaranya:

Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., dia berkata, “Rasulullah saw. menugasiku untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Lalu ada seseorang mendatangiku lalu dia mengambil makanan. Saya memegangnya seraya kukatakan, ‘Demi Allah, saya benar-benar akan melaporkanmu kepada Rasulullah saw’.”

Dia berkata, “Sesungguhnya saya sangat membutuhkan. Saya juga mempunyai beberapa orang yang harus ku beri nafkah dan saya juga mempunyai kebutuhan yang amat mendesak.”

Saya pun melepaskannya. Setelah pagi hari Rasulullah saw. bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang engkau lakukan semalam terhadap tawananmu?”

Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan kebutuhannya yang mendesak dan beberapa orang yang harus diberi nafkah. Maka saya pun merasa kasihan kepadanya lalu dia ku lepaskan.”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya dia itu telah mendustaimu dan dia akan kembali lagi.”

Saya pun menyadari bahwa orang itu akan kembali lagi karena pemberitahuan beliau, bahwa dia akan kembali. Maka saya mengawasinya. Ternyata orang itu mengambil lagi, maka saya pun memegangnya, seraya aku katakana, “Saya benar-benar akan melaporkanmu kepada Rasulullah.”

Orang itu berkata, “Lepaskan saya, karena saya orang yang membutuhkan dan saya mempunyai beberapa orang yang harus aku beri nafkah. Saya tidak akan kembali.”

Saya merasa kasihan kepadanya, maka saya pun melepaskannya. Pada pagi harinya Rasulullah saw. bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang engkau lakukan semalam terhadap tawananmu?”

Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, dia melaporkan tentang kebutuhan yang mendesak dan beberapa orang yang harus diberinya nafkah. Maka saya pun merasa kasihan dan dia ku lepaskan.”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya dia benar-benar telah mendustaimu, dan dia akan kembali lagi.”

Maka saya mengawasinya lagi untuk ketiga kalinya. Ternyata dia benar-benar mengambil makanan. Saya memegangnya seraya ku katakana kepadanya, “Saya benar-benar akan melaporkanmu kepada Rasulullah. Ini untuk terakhir kali, dan engkau berjanji tidak akan kembali, tapi kenyataannya engkau akan kembali lagi.”

Orang itu berkata, “Lepaskan saya, biar aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat, semoga Allah memberimu manfaat dengannya.”

“Apa itu?” tanyaku.

Dia menjawab, “Jika engkau menghampiri tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursy, ‘Allaahu laa ilaha illa huwal-hayyul-qayyum’, hingga selesai ayat ini, karena dengan begitu Allah senantiasa menjadi pemelihara dirimu dan engkau tidak akan didekati setan hingga pagi hari.”

Maka saya pun melepaskannya. Pada pagi harinya Rasulullah saw. bertanya kepadaku, “Apa yang engkau lakukan semalam terhadap tawananmu?”

Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengajariku beberapa kalimat yang menurutnya Allah akan memberikan manfaat kepadaku. Maka kemudian saya pun melepasnya.”

Beliau bertanya, “Apa kalimat-kalimat itu?”

Saya menjawab, “Dia berkata kepadaku, ‘Jika engkau menghampiri tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursy, Allaahu laa ilaha illa huwal-hayyul-qayyum, hingga selesai ayat ini’, karena dengan begitu Allah senantiasa menjadi pemelihara dirimu dan engkau tidak akan didekati setan hingga pagi hari.”

Beliau bersabda, Sekalipun orang itu membenarkanmu, tetapi tetap saja dia seorang pendusta. Tahukah engkau wahai Abu Hurairah, siapa lawan bicaranya selama tiga hari ini?”

Saya menjawab, “Tidak.”

Beliau menjawab, “Dia adalah setan.”

Ibnu Taimiyah memberikan catatan tentang hadis ini, “Maka jika seseorang membacanya tatkala sedang dirasuki setan dengan bacaan yang sebenar-benarnya, tentu dia bisa mengatasi kondisinya itu, seperti orang yang hendak masuk ke kobaran api karena kerasukan setan atau tiba-tiba mendengar siulan dan gema, yang kemudian setan merasuk ke dalam dirinya, sehingga dia mengoceh tak ada habisnya dan dia pun juga tidak memahami apa yang diucapkannya.”

Al-Allamah Al-Ainy berkata tentang hadis ini, “Di dalamnya terkandung keutamaan ayat Kursy.”

Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshary ra., bahwa dia mempunyai rak yang berisi buah kurma, lalu setan datang mengambil kurma itu. Abu Ayyub melaporkan kejadian ini kepada Nabi saw. Beliau bersabda, “Pergilah. Jika engkau melihatnya lagi, maka katakanlah, ‘Dengan asma Allah, penuhilah panggilan Rasulullah’.”

Abu Ayyub memegang setan itu, lalu setan bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi. Maka Abu Ayyub melepasnya. Kemudian dia menemui Nabi saw.

“Apa yang dilakukan tawananmu?”, beliau bertanya.

“Dia bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi”, jawab Abu Ayyub.

Beliau bersabda, “Dia berdusta, karena dia tentu akan berdusta lagi.”

Ternyata Abu Ayyub memegang setan itu lagi, dan setan kembali bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi. Maka Abu Ayyub melepasnya. Lalu dia menemui Nabi saw.

“Apa yang dilakukan tawananmu?”, beliau bertanya.

Abu Ayyub menjawab, “Dia bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi.”

Beliau bersabda, “Dia berdusta, karena dia akan mengulanginya lagi.”

Maka Ayyub memegangnya lagi. Dia berkata, “Kali ini saya tidak akan melepaskanmu sebelum saya membawamu kehadapan Nabi.”

Setan berkata, “Sesungguhnya saya hendak mengingatkan tentang sesuatu kepadamu, yaitu ayat Kursy. Bacalah ayat ini di dalam rumahmu, niscaya setan ataupun yang lainnya tidak akan mendekati dirimu.” Walaupun menurut Tirmidzi ini adalah hadis hasan gharib. Begitu pula menurut Al-Hafizh Al-Mundziry.

An-Nasa’i, Ibnu Hibban, Ath-Thabrany, Hakim dan Baghawy meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab ra., bahwa dia mempunyai tempat menjemur buah kurma. Suatu kali dia melihat buah kurmanya berkurang. Maka pada malam harinya dia menjaganya. Tiba-tiba muncul seorang anak usia baligh. Anak itu mengucapkan salam dan Ubay menjawab salamnya.





DI BALIK PERANG IRAK

21 03 2010

HARUN YAHYA

Rencana perang Irak, yang dilancarkan meski mendapat tentangan dari seluruh dunia, telah dipersiapkan setidaknya puluhan tahun lalu oleh para ahli strategi Israel. Dalam upayanya mewujudkan strategi pelemahan atau pemecahbelahan negara-negara Arab Timur Tengah, Israel memasukkan Mesir, Syiria, Iran dan Saudi Arabia dalam daftar sasaran berikutnya.

Saat tulisan ini disusun, Amerika Serikat (AS) telah memulai penggempuran terhadap Irak. Meskipun kenyataannya kebanyakan negara di seluruh dunia, bahkan sebagian besar sekutu AS sendiri, menentangnya, pemerintahan AS bersikukuh untuk meneruskan rencana serangannya. Ketika kita melihat apa yang ada di balik sikap keras kepala AS ini, maka Israel-lah satu-satunya yang bertanggung jawab atas pertumpahan darah dan penderitaan di Timur Tengah sejak awal abad kedua puluh. Kebijakan pemerintah Israel yang ditujukan untuk memecah-belah Irak memiliki akar sejarah yang panjang”

Rencana Israel Membagi Irak

Laporan berjudul “A Strategy for Israel in the Nineteen Eighties” (Strategi Israel di Tahun 1980-an), oleh majalah berbahasa Ibrani terbitan Departemen Informasi, Kivunim, bertujuan menjadikan seluruh kawasan Timur Tengah sebagai wilayah pemukiman Israel. Laporan tersebut, yang disusun oleh Oded Yinon – seorang wartawan Israel yang pernah dekat dengan kementrian luar negeri Israel – memaparkan skenario “pembagian Irak” sebagaimana berikut:

Irak, negeri kaya minyak yang menghadapi masalah perpecahan dalam negeri, dijamin bakal menjadi sasaran Israel. Mengakhiri riwayat Irak jauh lebih penting bagi kita ketimbang Syria” Sekali lagi, Irak pada intinya tidaklah berbeda dengan para tetangganya, meskipun sebagian besar penduduknya adalah penganut Syi’ah dan sebagian kecil Sunni yang menguasai pemerintahan. Enam puluh lima persen penduduknya tidak memiliki andil dalam politik di negara di mana sekelompok elit berjumlah 20 persen memegang kekuasaan. Selain itu terdapat minoritas Kurdi berjumlah besar di wilayah utara, dan jika bukan karena kekuatan rezim yang memerintah, angkatan bersenjatanya, dan pemasukannya dari minyak, masa depan Irak akan takkan berbeda dengan nasib Libanon di masa lalu” Dalam kasus Irak, pembagiannya menjadi sejumlah provinsi berdasarkan garis suku atau agama sebagaimana yang terjadi pada Syiria di masa kekhalifahan Utsmaniyyah adalah sesuatu yang mungkin. Jadi, tiga (atau lebih) negara kecil akan terbentuk di sekitar tiga kota utama: Basrah, Baghdad, dan Mosul; dan wilayah kaum Syi’ah di selatan akan terpisah dari wilayah kaum Sunni dan suku Kurdi di utara.

Kita hanya perlu sedikit mengingat kembali bagaimana skenario ini sebagiannya telah dilakukan pasca Perang Teluk 1991, di mana Irak secara efektif, kalau tidak secara resmi, dibagi menjadi tiga wilayah. Fakta bahwa rencana AS menduduki Irak, yang sedang dilakukan saat tulisan ini dibuat, dapat kembali mendorong terbaginya wilayah tersebut, merupakan sebuah ancaman nyata.

Peran Israel dalam Perang Teluk

Penerapan strategi Israel telah dilakukan sejak tahun 1990. Saddam Hussein menyerbu Kuwait dalam serangan mendadak pada tanggal 1 Agustus 1990, sehingga memunculkan krisis internasional. Israel menjadi pemimpin bagi kekuatan-kekuatan yang mendorong terjadinya krisis itu. Israel adalah pendukung tergigih sikap yang dianut AS menyusul serangan terhadap Kuwait. Kalangan Israel bahkan menganggap AS bersikap moderat, dan menginginkan adanya kebijakan yang lebih keras. Sedemikian jauhnya sehingga Presiden Israel, Chaim Herzog, menganjurkan agar AS menggunakan bom nuklir. Di sisi lain, lobi Israel di AS tengah berupaya untuk mendorong terjadinya serangan berskala luas atas Irak.

Seluruh keadaan ini mendorong terbentuknya pandangan di AS bahwa serangan terhadap Irak yang sedang dipertimbangkan, sesungguhnya dirancang demi kepentingan Israel. Komentator terkenal, Pat Buchanan, merangkum pandangan ini dalam kalimat ” Hanya ada dua kelompok yang menabuh genderang perang di Timur Tengah – Kementrian Pertahanan Israel dan kelompok pendukungnya di Amerika Serikat.” (http://www.infoplease.com/spot/patbuchanan1.html)

Israel juga telah memulai kampanye propaganda serius dalam masalah ini. Karena kampanye ini sebagian besar dilancarkan secara rahasia, maka Mossad pun terlibat pula. Mantan agen Mossad, Victor Ostrovsky, memberikan informasi penting mengenai hal ini. Menurutnya, Israel telah berkeinginan melancarkan peperangan bersama AS melawan Saddam jauh sebelum krisis Teluk. Bahkan Israel telah memulai melaksanakan rencana tersebut segera setelah berakhirnya perang Iran-Irak. Ostrovsky melaporkan bahwa departemen Perang Psikologi Mossad (LAP – LohAma Psicologit) melancarkan kampanye ampuh menggunakan teknik disinformasi. Kampanye ini ditujukan untuk menampilkan Saddam sebagai seorang diktator berdarah dan ancaman bagi perdamaian dunia. (Victor Ostrovsky, The Other Side of Deception, hlm. 252-254).

Agen Mossad Berbicara tentang Perang Teluk

Ostrovsky menjelaskan bagaimana Mossad menggunakan para agen atau simpatisan di berbagai belahan dunia dalam kampanye ini dan bagaimana, misalnya, Amnesty International atau “para penolong Yahudi sukarelawan (sayanim)” di konggres AS dikerahkan. Di antara cara yang digunakan dalam kampanye tersebut adalah rudal yang diluncurkan ke sasaran-sasaran penduduk sipil di Iran selama perang Iran-Irak. Sebagaimana dijelaskan Ostrovsky, penggunaan rudal-rudal ini oleh Mossad di kemudian hari sebagai sarana propaganda sungguh janggal, sebab rudal-rudal tersebut ternyata telah diarahkan ke sasarannya oleh Mossad, dengan bantuan informasi dari satelit AS. Setelah mendukung Saddam selama perangnya melawan Iran, Israel kini tengah berupaya menampilkannya sebagai seorang monster. Ostrovsky menulis:

Para petinggi Mossad mengetahui bahwa jika mereka dapat menjadikan Saddam terlihat sebagai sosok sangat jahat dan sebagai ancaman bagi pasokan minyak Teluk, yang hingga saat itu ia telah menjadi pelindung pasokan tersebut, maka Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya takkan membiarkan Saddam begitu saja, tapi akan membuat perhitungan yang akan menghancurkan angkatan bersenjata dan kekuatan persenjataanya, khususnya jika mereka sampai yakin bahwa ini hanyalah kesempatan terakhir mereka sebelum Saddam menggunakan senjata nuklir. (Victor Ostrovsky, The Other Side of Deception, hlm. 254)

Israel sangat bersikukuh dalam masalah ini, dan dalam kaitannya dengan Amerika Serikat, pada tanggal 4 Agustus 1990, Menteri Luar Negeri Israel, David Levy, mengeluarkan ancaman menggunakan bahasa diplomatis kepada William Brown, duta besar AS untuk Israel, dengan mengatakan bahwa Israel “menginginkan AS akan memenuhi semua tujuan-tujuan yang ditetapkan Israel untuk mereka sendiri di awal krisis teluk,” dengan kata lain AS hendaknya menyerang Irak. Menurut Levy, jika AS tidak melakukannya, Israel akan melancarkannya sendiri. (Andrew and Leslie Cockburn, Dangerous Liaison, hlm. 356.)

Akan sangat menguntungkan bagi Israel jika AS terlibat perang tanpa keterlibatan apa pun di pihak Israel: dan inilah yang benar-benar terjadi.

Israel Memaksa AS Berperang

Akan tetapi, kalangan Israel terlibat secara aktif dalam perencanaan perang oleh AS. Sejumlah pejabat AS yang terlibat merancang Operation Desert Storm (Operasi Badai Gurun) menerima arahan taktis jitu dari kalangan Israel bahwa “cara terbaik melukai Saddam adalah dengan melancarkan serangan terhadap keluarganya.”

Kampanye propaganda yang diilhami Mossad sebagaimana dilaporkan Ostrovsky membentuk dukungan publik yang diperlukan dalam Perang Teluk. Sekali lagi, para pembantu lokal Mossad-lah yang berperan menyulut api peperangan. Lembaga pelobi Hill and Knowlton, yang dikendalikan oleh Tom Lantos dari lobi Israel, mempersiapkan rancangan yang dramatis guna meyakinkan para anggota Konggres perihal perang melawan Saddam. Turan Yavuz, wartawan Turki terkenal, memaparkan kejadian tersebut:

9 Oktober 1990. Lembaga pelobi Hill and Knowlton mengadakan pertemuan di Konggress yang bertemakan “Kebiadaban Irak.” Sejumlah “saksi mata” yang dihadirkan dalam acara itu oleh lembaga pelobi tersebut menyatakan bahwa tentara Irak membunuh bayi-bayi baru lahir di bangsal-bangsal rumah sakit. Seorang “saksi mata” memaparkan kekejaman itu dengan sangat rinci, dan mengatakan bahwa para prajurit Irak telah membunuh 300 bayi baru lahir di satu rumah sakit saja. Berita ini sungguh mengguncang para anggota Konggress tersebut. Ini menguntungkan bagi pihak Presiden Bush. Namun, belakangan diketahui bahwa saksi mata yang dihadirkan oleh lembaga pelobi Hill and Knowlton di hadapan Konggres ternyata adalah anak perempuan duta besar Kuwait untuk Washington. Kendatipun demikian, kisah yang dituturkan anak perempuan tersebut sudah cukup bagi para anggota Konggress untuk menjuluki Saddam sebagai “Hitler”. (Turan Yavuz, ABD’nin Kürt Karti (The US’ Kurdish Card), hlm. 307)

Hal ini mengarahkan pada satu kesimpulan saja: Israel berperan penting dalam kebijakan Amerika Serikat untuk melancarkan perang pertamanya terhadap Irak. Perang yang kedua tidaklah banyak berbeda.

Alih-Alih “Perang terhadap Terorisme”

Berlawanan dengan keyakinan masyarakat luas, rencana untuk menyerang Irak dan menggulingkan rezim Saddam Hussein dengan kekuatan senjata telah dipersiapkan dan dicanangkan dalam agenda Washington sejak lama sebelum dilancarkannya “perang mewalan terror,” yang mengemuka pasca peristiwa 11 September. Isyarat pertama adanya rencana ini mengemuka pada tahun 1997. Sekelompok ahli strategi pro-Israel di Washington mulai memunculkan skenario penyerangan atas Irak dengan memanfaatkan lembaga think-tank “konservatif baru”, yang dinamakan PNAC, Project for The New American Century (Proyek bagi Abad Amerika Baru).

Sebuah artikel berjudul “Invading Iraq Not a New Idea for Bush Clique: 4 Years Before 9/11 Plan Was Set” (Penyerangan atas Irak Bukan Gagasan Baru bagi Kelompok Bush) yang ditulis William Bruch dan diterbitkan di the Philadelphia Daily News, memaparkan fakta berikut:

Namun kenyataannya, Rumsfeld, Wakil Presiden Dick Cheney, dan sekelompok kecil ideolog konservatif telah memulai wacana penyerangan Amerika atas Irak sejak 1997 – hampir empat tahun sebelum serangan 11 September dan tiga tahun sebelum Presiden Bush memegang pemerintahan.

Sekelompok pembuat kebijakan sayap kanan yang terdengar mengkhawatirkan, yang tidak begitu dikenal, yang disebut Proyek bagi Abad Amerika Baru, atau PNAC – yang berhubungan erat dengan Cheney, Rumsfeld, deputi tertinggi Rumsfeld, Paul Wolfowitz, dan saudara lelaki Bush, Jeb – bahkan mendesak presiden waktu itu, Clinton, untuk menyerbu Irak di bulan Januari 1998. (William Bunch, Philadelphia Daily News, 27 Jan. 2003)

Minyakkah yang Menjadi Tujuan Sebenarnya?

Mengapa para anggota PNAC sangat bersikukuh untuk menggulingkan Saddam? Artikel yang sama melanjutkan:

Meskipun minyak melatarbelakangi pernyataan kebijakan PNAC terhadap Irak, namun tampaknya ini bukanlah pendorong utama. [Ian] Lustick, [seorang profesor ilmu politik Universitas Pennsylvania dan ahli Timur Tengah,] yang juga pengecam kebijakan Bush, mengatakan bahwa minyak dipandang oleh para pendukung perang terutama sebagai cara untuk membayar operasi militer yang sangat mahal.

“Saya dari Texas, dan setiap orang perminyakan yang saya kenal menentang tindakan militer terhadap Irak,” kata Schmitt dari PNAC. “Pasar minyak tidak perlu diganggu.”

Lustick yakin bahwa dalang tersembunyi yang sangat berpengaruh kuat kemungkinan adalah Israel. Ia mengatakan para pendukung perang dalam pemerintahan Bush yakin bahwa parade pasukan di Irak akan memaksa Palestina menerima rancangan perdamaian yang menguntungkan Israel”(William Bunch, “Invading Iraq not a new idea for Bush clique” Philadelphia Daily News, 27 Jan. 2003)

Jadi, inilah dorongan utama di balik rencana untuk menyerang Irak: membantu strategi Israel di Timur Tengah.

Fakta ini juga ditengarai oleh sejumlah ahli Timur Tengah lainnya. Misalnya Cengiz Çandar, ahli Timur Tengah asal Turki, memaparkan kekuatan sesungguhnya di balik rencana penyerangan atas Irak sebagaimana berikut:

“Siapakah yang mengarahkan serangan atas Irak? Wakil Presiden Dick Cheney, Menteri Pertahanan Rumsfeld, Penasehat Keamanan Dalam Negeri Condoleeza Rice. Mereka inilah para pendukung “tingkat tinggi” terhadap penyerbuan tersebut. Akan tetapi, selebihnya dari gunung es tersebut sungguh lebih besar dan lebih menarik. Terdapat sejumlah “lobi.”

Yang terdepan di barisan lobi ini adalah tim Jewish Institute for Security Affairs (Lembaga Yahudi untuk Masalah Keamanan) JINSA, yang merupakan kelompok kanan Israel pro-Likud yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan industri-industri senjata AS” Mereka memiliki hubungan erat dengan “lobi persenjataan,” Lockheed, Northrop, General Dynamics dan industri militer Israel” Prinsip mendasar JINSA adalah bahwa keamanan AS dan Israel adalah tak terpisahkan. Dengan kata lalin, keduanya adalah sama.

Tujuan JINSA tidak terbatas pada merobohkan rezim Saddam di Irak, tetapi juga mendukung penggulingan rezim Saudi Arabia, Syria, Mesir dan Iran dengan logika “perang total”, yang diikuti dengan “penegakan” demokrasi. …Dengan kata lalin, sejumlah Yahudi Amerika yang seirama dengan kelompok-kelompok paling ekstrim di Israel sekarang terdiri atas orang-orang yang mendukung perang di Washington. (Cengiz Çandar, “Iraq and the ‘Friends of Turkey’ American Hawks”, Yeni Safak, 3 September 2002.)

Proyek Israel “Penguasaan Dunia secara Diam-Diam”

Singkatnya, terdapat kalangan di Washington yang mendorong terjadinya perang yang awalnya dilancarkan terhadap Irak, dan setelah itu terhadap Saudi Arabia, Syria, Iran dan Mesir. Ciri mereka paling kentara adalah mereka berbaris di samping, dan bahkan sama dengan, “lobi Israel.”

Tak menjadi soal betapa sering mereka berbicara tentang “kepentingan Amerika,” orang-orang ini sebenarnya mendukung kepentingan Israel. Strategi melancarkan peperangan terhadap seluruh Timur Tengah sehingga menjadikan seluruh rakyat di kawasan tersebut bangkit melawan AS tak mungkin akan menguntungkan pihak AS. Penggunaan strategi seperti ini hanya mungkin dapat dilakukan jika AS tunduk pada Israel, melalui lobi Israel, yang luar biasa berpengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri negara tersebut.

Dengan alasan ini, maka di belakang strategi yang mulai dijalankan pasca 11 September dan yang ditujukan untuk merubah peta seluruh dunia Islam, terdapat rencana rahasia Israel untuk “menguasai dunia.” Sejak pendiriannya, Israel telah bercita-cita merubah peta Timur Tengah, menjadikannya mudah diatur sehingga tidak lagi menjadi ancaman baginya. Israel telah menggunakan pengaruhnya di AS untuk tujuan ini di tahun-tahun belakangan, dan memiliki andil besar dalam mengarahkan kebijakan Washington di Timur Tengah. Keadaan pasca 11 September memberi Israel kesempatan yang selama ini telah dicari-carinya. Para ideolog pro-Israel yang selama bertahun-tahun secara tidak benar telah menyatakan bahwa Islam sendirilah yang – dan bukan sejumlah kelompok radikal militan yang berbaju Islam – memunculkan ancaman terhadap Barat dan AS. Merekalah yang berusaha meyakinkan kebenaran gagasan keliru tentang “benturan antar peradaban,” dan telah berupaya mempengaruhi AS agar memusuhi dunia Islam setelah peristiwa 11 September. Sudah sejak tahun 1995, Israel Shahak dari Universitas Hebrew, Jerusalem, menuliskan keinginan Perdana Menteri Rabin sebagai “gagasan perang melawan Islam yang dipimpin Israel.” Nahum Barnea, penulis opini dari surat kabar Israel, Yediot Ahronot, menyatakan di tahun yang sama bahwa Israel tengah mengalami kemajuan “[untuk] menjadi pemimpin Barat dalam perang melawan musuh, yakni Islam.” (Israel Shahak, “Downturn in Rabin’s Popularity Has Several Causes”, Washington Report on Middle East Affairs, Maret 1995.)

Semua yang telah terjadi di tahun-tahun berikutnya adalah bahwa Israel menjadikan niatannya semakin kentara. Iklim politik pasca 11 September memberikan peluang untuk mewujudkan niatan ini menjadi kenyataan. Dunia kini tengah menyaksikan tahap demi tahap menerapan kebijakan Israel dalam memecah-belah Irak, yang telah dirancang di Konggres Zionis Dunia pada tahun 1982.

Satu-Satunya Jalan Menuju Perdamaian Dunia: Persatuan Islam

Keadaan di atas dapat dirangkum sebagai berikut: Tujuan Israel adalah untuk menata ulang kawasan Timur Tengah menurut kepentingan strategisnya sendiri. Untuk mencapai hal ini, untuk menguasai Timur Tengah, wilayah paling mudah bergejolak di dunia, Israel memerlukan sebuah “kekuatan dunia.” Kekuatan ini adalah Amerika Serikat; dan Israel, dengan kekuatan pengaruhnya terhadap AS, tengah berupaya menggadaikan kebijakan luar negeri AS terhadap Timur Tengah. Meskipun Israel adalah sebuah negara kecil berpenduduk 4,5 juta jiwa, rencana yang disusun Israel dan para pendukungnya di Barat mengendalikan keseluruhan dunia.

Apa yang perlu dilakukan menghadapi kenyataan ini?

1) Kegiatan melobi perlu dilakukan dalam rangka menandingi pengaruh lobi Israel di Amerika Serikat guna membangun dialog antara AS dan dunia Islam, dan untuk mengajaknya mencari cara damai dalam memecahkan permasalahan Irak dan permasalahan serupa lainnya. Banyak kalangan AS menginginkan negeri mereka mengambil kebijakan Timur Tengah yang lebih adil. Banyak negarawan, ahli strategi, wartawan dan cendekiawan telah mengungkapkan hal ini, dan gerakan “perdamaian antar peradaban” harus digulirkan dengan bekerjasama dengan kalangan tersebut.

2) Pendekatan yang mengajak pemerintah AS kepada pemecahan masalah secara damai haruslah dibawa ke tingkat pemerintahan dan masyarakat sipil.

Bersamaan dengan ini semua, jalan keluar paling mendasar terletak pada sebuah proyek yang dapat menyelesaikan seluruh permasalahan antara dunia Islam dan Barat, dan dapat mengatasi perpecahan, penderitaan dan kemiskinan di dunia Islam dan sama sekali merubahnya, dan ini adalah Persatuan Islam.

Perkembangan terakhir telah menunjukkan bahwa seluruh dunia, tidak hanya wilayah-wilayah Islam, memerlukan sebuah “Persatuan Islam.” Persatuan ini haruslah mampu meredam unsur-unsur radikal di Dunia Islam, dan membangun hubungan baik antar negara-negara Islam dan Barat, khususnya Amerika Serikat. Persatuan ini juga hendaknya membantu menemukan jalan keluar bagi induk dari seluruh permasalahan yang ada: perseteruan Arab-Israel. Hanya dengan penarikan diri Israel hingga batas wilayahnya sebelum tahun 1967, dan pengakuan bangsa Arab atas keberadaannya, akan ada perdamaian sesungguhnya di Timur Tengah. Dan umat Yahudi dan Muslim – yang keduanya keturunan Nabi Ibrahim dan beriman pada satu Tuhan saja – dapat hidup berdampingan di Tanah Suci, sebagaimana yang telah mereka tunjukkan di abad-abad yang lalu. Dengan demikian, Israel takkan lagi memerlukan strategi untuk mengganggu keamanan atau memecah-belah negara-negara Arab. Dan Israel takkan menghadapi balasan atas pendudukannya dalam bentuk kekerasan dan ketakutan terus-menerus terhadap upaya penghancuran terhadapnya. Lalu, keduanya, anak-anak Israel dan Irak (juga Palestina) dapat tumbuh dalam lingkungan yang damai dan aman. Inilah wilayah Timur Tengah yang seharusnya didambakan dan berusaha diwujudkan oleh setiap orang yang bijak.





Menjaga Pergaulan, Menjaga Diri

28 02 2010

Mau Gaul or Eksploitasi…

Bagi mereka aktivis gender tentu akan melawan judul seperti ini. Mengapa wanita yang menjadi bahan sorotan? Lalu bagaimana dengan para lelaki yang juga memanfaatkan hal seperti ini? Dalam era global sekarang ini banyak kaum wanita yang ikut berperan aktif, bahkan tidak sedikit pula yang menduduki posisi-posisi penting dalam suatu jabatan baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Kalau kita sering menyaksikan televisi, membaca koran dan majalah, ada yang membuat kita prihatin. Sebab setiap harinya media-media massa tersebut selalu dijejali tayangan-tayangan modeling, peragawati, bintang film, penyanyi dan penari yang hot (semi porno). Dan iklan-iklan yang disodorkan pada masyarakat kita selama ini selalu saja yang menjadi objeknya adalah wanita. Selain itu sekarang ini banyak juga menjamur acara-acara yang memberikan hiburan untuk melihat kontes-kontes wanita-wanita dengan segala lenggak-lenggoknya dan kemolekkan tubuhnya. Begitu pula halnya acara Take Me Out Indonesia yang menyodorkan wanita-wanita cantik dengan model pakaian yang sering menonjolkan auratnya. Artinya, dalam berpakaian seperti kekurangan bahan, malah ada yang terang-terangan melepaskan pakaian menampakkan bagian-bagian tubuh yang sensual (auratnya), kalau di sautu situs internet dan di panggung pertunjukkan dalam hotel ada yang berani tampil bugil. Dan uniknya lagi, mereka tidak merasa bahwa perilakunya akan mendidik masyarakat untuk berlaku bejat. Entengnya lagi mengaku-ngaku sebagai pejuang dan pembela negara (bangsa).

Selain itu dunia artis wanita yang rentan untuk menuju pada kehidupan yang tentram atau atau pun sedang bergejolak. Perilaku negatif yang kadang diambil sebagian artis adalah suka berganti pacar bahkan suami, berita selingkuh atau zina. Mereka tidak malu memamerkan bentuk tubuhnya di depan umum, padahal itu semestinya menjadi rahasia dalam negeri mereka. Pernah saya melihat tayangan komersil yang mengekspose salah satu artis wanita. Dengan bangga ia mengatakan, “kenapa harus menutup-nutupi kalau tubuh saya seksi”. Padahal artis tersebut telah bersuami dan memiliki anak.

Sungguh hal itu merupakan profil wanita-wanita yang mengakui kondisi mereka sebenarnya. Bahkan mengeksplotasi demi kepentingannya sendiri. Seluruh tubuhnya yang merupakan aset berharga didayagunakan sedemikian rupa sehingga menjadi alat ukur untuk bisa menguasai nafsu para lelaki. Karena secara seksiologi dan fisiologis telah menjadi hukum alam, bahwa wanita yang mempertontonkan perhiasannyalah sebagai faktor utama menumbuhkan daya tarik seksual pada lawan jenisnya. Dan yang menjadi referensi standarnya ialah para bintang layar kaca dan layar perak. Dengan pola perilakunya yang seperti itu telah sukses membius secara massal syahwat kaum pria.

Malah terkadang para ibu juga mengeluh dan merasa kesulitan memiliki anak perempuan. Yah hal itu memang terkadang tidak pernah disadari apakah anak-anak perempuan mereka mencontoh apa yang mereka lihat dari media massa ataukah penampilan ibunya. Sebab ada banyak ibu yang tidak berpenampilan seperti artis. Dan keluhan dari para ibu tidaklah keliru. Bagaimanapun juga, sifat wanita yang suka keindahan memang menuntut banyak hal.

Sudah fitrahnya wanita suka keindahan, namun bukan berarti hal tersebut menjadi pembenar atas semua keindahan atas tindakannya. Tabiatnya itu sudah disinggung dalam firman Allah, “Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan…” (QS. Az-Zukhruf: 18) para ulama berpendapat bahwa: “Orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan” dalam ayat di atas adalah kaum wanita.

Bahkan terkadang ada orang tua yang ikut ambil bagian dan memberikan dorongan kepada anaknya agar mengikuti perlombaan-perlombaan yang mempertontonkan kecantikan dan keindahan tubuhnya. Tidaklah salah bila Islam menggambarkan wanita sebagai tiang negara. Sebab kata-kata manis dan penampilan mereka mampu mengubah keadaan dunia 180 derajat. Apalagi bila pria telah bertekuk lutut dihadapannya.

Allah swt. memberikan pelajaran bagi para wanita agar berbicara tegas, yang timbul dari jiwa yang jujur dan tahu akan harga dirinya.

“Maka janganlah kamu berkata lemah-lembut, sehingga timbul keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik (tegas).” (QS. Al-Ahzab: 32)

Selain itu berkurangnya rasa malu seorang wanita juga terlihat dari keikutsertaannya untuk ambil bagian menanam saham kebatilan di bidang sandang. Mode-mode pakaian yang dipakai ke tubuhnya sudah sangat minim sekali. Berpakaian tapi seolah-olah seperti telanjang. Justru lowongan seperti itu membuka peluang usaha bagi para perancang busana. Bertolak belakang memang dengan para muslimah yang telah mampu menemukan jati dirinya. Sebab mereka akan semakin membungkus dirinya dari pandangan laki-laki yang bukan menjadi haknya. Jika kesadaran untuk memakai jilbab karena mode yang baru ngetop, itu keliru. Banyak juga sekarang bertebaran variasi-variasi jilbab. Bahkan ada yang mengatakan sebagai jilbab musim panas, jilbab Britney Spears, dll.

Islam merupakan agama yang arif dan bijaksana, seorang muslimah boleh mengenakan pakaian apapun yang disenanginya dihadapan anggota keluarganya atau di antara teman-teman wanitanya. Tapi, apabila ia keluar rumah atau ada pria lain selain anggota keluarganya maka ia diwajibkan mengenakan pakaian yang menutupi auratnya dan tidak boleh memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Mengenai masalah yang berkaitan dengan mempertontonkan kecantikan, ada beberapa poin:

  1. Kesopanan bukan merupakan masalah adat atau tradisi yang memungkinkan  untuk diambil, ditolak atau dikembangkan. Tapi hal itu merupakan perintah Allah swt. dan fitrah manusia secara umum. Yang menjadi alasan ialah ketika Adam dan Hawa menyalahi perintah Allah maka tersingkaplah aurat keduanya dan mereka pun merasa malu karena hal tersebut. Dan mereka pun langsung menutupi auratnya dengan daun-daun yang ada di sekitarnya.
  2. Kaum Yahudi dan lainnya adalah musuh-mush Islam. Mereka telah menyebarkan gerakan untuk memamerkan aurat. Mereka berdiri di belakang semua ini dengan membuat sebuah propaganda, memperindah serta mempublikasikan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan peradaban dan kemajuan jaman yang sebenarnya. Dan menggambarkan jilbab serta kesopanan sebagai sesuatu yang konservatif dan menyulitkan.
  3. Ada anggapan sebagian remaja putri bahwa jilbab itu terkadang dapat melepaskan dan memperlambat datangnya pinangan. Hal ini merupakan bisikan setan, karena perintah Allah tidak dapat dikaitkan dengan perkawinan ataupun yang lainnya. Ada juga seorang pemuda yang lebih memilih berhubungan dengan perempuan religius, walaupun di antara mereka ada yang kehilangan fitrahnya dengan memilih perempuan yang tidak berjilbab dan membanggakannya.
  4. Busana muslimah hendaknya yang menutup seluruh anggota tubuh selain wajah dan kedua telapak tangan, tidak ketat, tidak transparan, tidak menimbulkan fitnah bagi dirinya dengan warna-warna yang mencolok dan tidak seperti yang dipakai oleh orang-orang kafir.
  5. Rasulullah saw. telah memberikan peringatan tentang pelanggaran dan menerangkan dampak yang ditimbulkan dari cara berpakaian: “Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat (siksanya seperti tiu); satu golongan yang bercambuk sepeti ekor sapi yang dijadikan cambuk untuk memukul orang lain (pemimpin yang dzalim), dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak-lenggok seperti goyangan punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak mendapat wanginya, padahal wangi surga dapat tercium jauh sekali.” (HR. Muslim).
  6. Akibat yang ditimbulkan dari cara seperti itu akan semakin kompleksnya pelanggaran dalam dirinya, karena menggoda dan merangsang kaum lelaki serta pelanggaran karena mengekspose aurat, juga berpindah kepada orang lain karena telah menirunya.
  7. Islam merupakan agama yang menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Anda tidak dapat menjadi seorang muslimah jika hanya mengerjakan shalat, puasa, dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Lalu tunduk kepada selain Allah dalam suruhan berpakaian kemudian menjadikan anda sebagai boneka dan penggoda dan anda pun tunduk kepada hawa nafsu anda sendiri.
  8. Jilbab dan kehormatan bukan hanya masalah formalitas atau penutup tubuh yang tampak saja, tapi lebih merupakan perbuatan iffah dan perasaan malu di dalam diri yang diekspresikan dalam perilaku.
  9. Adanya kelemahan diri yang berkaitan dengan ajakan-ajakan ke arah keburukan dan berusaha untuk menganggap remeh rasa kesopanan dan orang-orang yang sopan lalu menggambarkan hal tersebut dengan gambaran yang tercela dan bahan tertawaan, serta melukiskan perbuatan memamerkan kecantikan dan pelakunya sebagai contoh keindahan, kemodernan, keistimewaan dll. Allah swt. berfirman; “Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kami orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).

10.  Biar terlihat adil dijelaskan pula bahwa terkadang ada di antara pemuda yang suka menggoda perempuan yang ditujukan lewat mode pakaian, puisi rayuan, handphone, kendaraan yang dipakai –mobil atau motor-, dll. Maka kepada para pemuda, hendaklah menjauhi segala perilaku bebas, menyerupai wanita dengan memamerkan apa yang dimiliki, bersensasi dalam hal yang tercela dan sombong hingga mengasingkan orang yang tidak memiliki apa-apa dan menggoda para wanita yang tertarik dengan kekayaan yang tampak.

Memang terkadang pergaulan juga dapat merubah seseorang dalam hal penampilan. Dan hal itu sering terjadi tanpa disadari. Karena untuk mengimbangi kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang memang seperti itu, terutama dalam hal penampilan. Dapat dikatakan memang suatu yang wajar, karena berbagai macam latar belakang dan keluarga yang berbeda-beda tentu juga akan memandang dari berbagai macam segi. Selain itu juga adanya rasa rendah diri bisa menjadi faktor yang seringkali muncul dari dalam diri.

Apabila mau dan mampu –paling tidak dalam hal berpakaian- akan banyak hikmah yang didapatkan. Pertama, akan mudah untuk dikenali sebagai muslimah. Sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Ahzab: 59. Kedua, mencegah terjadinya pelecehan seksual yang sanagt merendahkan kaum wanita. Ketiga, dapat mewujudkan tertatanya etika dari tatanan moral masyarakat. Keempat, mamapu mewujudkan harga diri Islam. Ingat apa yang dikatakan oleh Bang Napi, “kejahatan bukan karena ada niat dari pelakunya, tapi karena ada kesempatan. Maka, waspadalah…waspadalah!”

Islam tidak akan mengesampingkan wanita dalam membangun nilai-nilai peradaban dunia. Tapi justru Islam menjunjung tinggi hal itu. Hal ini dibuktikan dengan memberikan kedudukan yang tidak akan ditemui dalam ajaran agama manapun, doktrin dan ideologi yang bagaimanapun. Adapun ketinggian dari kedudukan itu tersajikan sebagai berikut:

  1. Sebagai ibu bagi anak-anaknya.

“Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang tua yaitu ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu –ibu bapak, hanya kepada-Kulah temapt kembalimu.” QS. Luqman: 14)

Rasulullah saw. bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki kaum ibu.”

Seorang wanita harusnya bersedia dan bangga menjadi ibu. Walaupun dewasa ini ada sekelompok wanita yang menganut faham Feminisme menolak kodaratnya sebagai seorang ibu. Mereka juga menganggap bahwa perkawinan dan melahirkan anak sebagai suatu beban yang akan menghambat karier yang merupakan lambang dari kekalahan wanita terhadap lelaki. Anak dianggap sebagai beban ekonomi dan mengurus anak sebagai penyita waktu untuk bersaing dengan kaum lelaki.

  1. Sebagai istri dari suaminya

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambilkembali sebagian dari apa yang telah kamu berukan padanya, terkecuali merekamelakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaian yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19)

Rasulullah saw. bersabda, “Mukmin yang sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antar kalian ialah yang sebaik-baiknya terhadap istrinya.” (HR. Ahmad dari Turmudzi)

Sekarang ini dalam hal mencari nafkah wanita turut ikut ambil bagian didalamnya. Islam sendiri memberikan kewajiban mencari nafkah pada kaum lelaki. Sedangkan wanita -jangankan wajib- sunnatpun tida. Baik dalam al-Qur’an maupun hadis, memberi petunjuk bahwa medan jihad seorang ibu adalah di dalam rumah tangga. Memang sulit dicapai kesepakatan di masa sekarang ini, bahwa seorang wanita bermarkas di rumah.

Pendidikan yang mereka peroleh dan pergaulan yang mereka jalani selama ini mendorong mereka untuk bergerak di luar rumah. Dan bisa saja dengan keberadaan ibu di rumah tetap bisa menuntut ilmu dan memberikannya kepada anggota keluarganya. Jadi, jangan di kira ketika menjadi seorang ibu di dalam rumah tangga maka tidak akan dapat menambah ilmu dan pengetahuannya. Jadikanlah rumah sebagai tempat untuk menggali ilmu dan ladang amal yang kelak akan kita peroleh hasilnya. Jangan berpikiran rumah sebagai tempat untuk membelenggu kreatifitas dalam berkarya.

  1. Melindungi kehormatan dan kesucian dirinya

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 4)

Wanita yang baik, biarpun belum menikah akan menjaga kehormatan dan kesuciannya. Apalagi kalau sudah menikah ketika suaminya tidak ada di rumah maka ia akan menjaga keutuhan rumah tangga serta kehormatannya baik di dalam maupun di luar rumah. Ia tidak akan keluar meninggalkan rumah jika tanpa ada izin dari suaminya.

  1. Sebagai ahli waris dari harta peninggalan ibu-bapaknya

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapaknya, dan bagi orang wanita ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu-bapaknya dan kerabatnya…” (QS. An-Nisa: 7)

Seperti halnya laki-laki maka perempuan juga memiliki hak yang sama dalam penerimaan warisan dari ibu-bapaknya. Di sini ada kesamaan hak dalam penerimaan warisan. Bukan hanya laki-laki saja yang berhak menerimanya, walaupun haknya itu 2/3 dari jumlah harta warisan yang ada.

  1. Sebagai hamba Rabb-nya

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut asma Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)

Setiap makhluk yang hidup di dunia ini akan menyandang predikat sebagai hamba dari yang menciptakan yaitu Allah swt. Sebagai seorang hamba tentunya kita juga memiliki kewajiban untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan pada kita selama berada di dunia ini. Dan dalam melakukan penyembahan kepada-Nya tidak memandang jenis kelamin, agama, umur dll. Sebab setiap keyakinan memiliki jalannya sendiri untuk memberikan penghormatan pada-Nya. Tidak ada perbedaan sebagai seorang hamba di mata Yang Maha Pencipta hanya amalan dan ketakwaanlah yang menjadi referensi untuk mengukur segala apa yang dilakukan dalam kehidupan di duni ini.

*****

Menjaga Diri Dengan Cinta

Bila berbicara masalah pergaulan tidak bisa tidak tentu hal tersebut berkaitan dengan yang namanya tingkah laku, perilaku, dan akhlak mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebijakannya dalam menyelesaikannya juga. Maka di sini ada keterkaitan bagaimana pergaulan tersebut dengan cara mereka dalam menjaga dirinya. Dan yang pasti bagaimana moral mereka dalam menghadapi cinta kaitannya dengan kegiatan-kegiatannya selama masa cinta yang berlangsung dalam jangka waktu yang mereka sendiri menentukannya. Jelasnya mengenai apa saja yang selalu muncul di antara mereka dalam hubungannya dibalik panggung cinta!

Dan mengapa remaja yang dijadikan objeknya? Saya melihat pada masa remaja merupakan masa yang rawan dan dekat dengan pengaruh-pengaruh positif maupun negatif dalam pergaulannya. Selain itu juga masa ini lebih dipenuhi oleh mimpi-mimpi dan lamunan yang indah mengenai hubungan dengan lawan jenis dan cinta. Kalau melihat definisi yang diberikan George Lavinger, bahwa remaja adalah masa di mana mulai mengenal untuk berhubungan dengan lawan jenis, dan peristiwa ini ditandai dengan adanya perhatian yang lebih pada penampilan fisik.

Terjadinya pergaulan yang bebas antar lawan jenis merupakan pergaulan yang menunjukkan pada sikap dan perilaku yang mengarah pada sexual permissiveness. Dan hal seperti itu dapat terlihat dari adanya kontak fisik dalam berpacaran, bahkan mungkin bukan dalam pacaran saja. Tapi bisa juga statusnya hanya sebagai teman tapi mesra.

Adanya hubungan yang berkaitan dengan pergaulan tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan tugas dari perkembangan remaja yang harus dicapai. Sebagaimana Robert Y. Havighurst mengungkapkan ada sepuluh tugas pada masa perkembangan remaja yang diantaranya;

  1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman sebaya, baik itu sejenis ataupun berlawanan jenis.
  2. Mampu menjalankan peran sosialnya sesuai dengan jenis kelamin masing-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan norma-norma dalam masyarakat.
  3. Mau menerima kenyataan jasmaniahnya serta mempergunakannya seefektif mungkin.
  4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang yang lebih dewasa daripadanya.
  5. Mencapai kebebasan ekonomi dan memiliki kesanggupan untuk hidup berdasarkan usahanya sendiri.
  6. Memilih serta mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
  7. Mempersiapkan diri ke arah pernikahan.
  8. Mengembangkan ilmu yang dimiliki atau kecakapan intelektualnya dikembangkan semaksimal mungkin.
  9. Memperlihatkan tingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan kepada lingkungan masyarakat.

10.  Memperoleh norma-norma sebagai pedoman dalam bertindak dan mampu melihat pandangan dari kehidupannya.

Memang harus diakui bahwa masa muda merupakan masa yang paling rawan dan identik dengan hal-hal yang berbau seks. Perilaku seksual remaja  sudah sangat kompleks. Mungkin sudah ratusan hasil penelitian dan tulisan di berbagai surat kabar yang telah dipublikasikan secara terbuka. Dan kita juga tidak bisa hanya memandang sebelah mata tentang masalah ini. Selain itu memang setiap tontonan yang diberikan oleh media-media yang ada juga menjadi pemicu komoditas pergaulan bebas dan adegan-adegan yang vulgar.

Bila sudah berhubungan dengan yang namanya seks tentu hal ini tidak bisa dilepaskan dari keikutsertaan keluarga terutama orang tua dalam memberikan pengetahuan tentang seks. Survei oleh WHO yang dikutip dr. Boyke tentang pendidikan seks membuktikan bahwa pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks sembarangan, yang berarti pula mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks bebas. Pendidikan seks yang benar juga harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia (HAM), nilai-nilai kultural dan agama.

Pergaulan bebas dapat memancing laki-laki untuk berbuat sesuka hatinya dan membuat wanita melawan harkat dan martabatnya. Karena maraknya pergaulan bebas, maka akhirnya anak yang tidak diharapkan kelahirannya di luar nikah akan meningkat. Dan hal ini merupakan malapetaka besar yang melanda kaum perempuan. Dengan adanya pola kehidupan yang seperti ini akan mengakibatkan menurunnya angka pernikahan dan meningkatnya kecenderungan untuk hidup membujang.

Pergaulan seperti itu sama sekali tidak memberikan dampak yang baik bagi siapa saja. Sebab biasanya fenomena yang muncul dari obrolan santai antara laki-laki dan perempuan tidak lain hanyalah hal-hal yang justru bersifat melecehkan dan merendahkan kehormatan kaum perempuan. Kenyataan yang ada dari fenomena pergaulan bebas justru menjatuhkan kehormatan perempuan. Padahal agama Islam adalah agama yang menempatkan perempuan sesuai dengan kedudukannya yang terhormat sebagai seorang ibu, istri maupun sebagai anak perempuan yang senantiasa di jaga kehormatannya.

Pada orang-orang yang mendalami ilmu psikologi terutama mazhab Freudianisme, mempunyai anggapan bahwa salah satu strategi untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari pengekangan seksual adalah dengan cara membiarkan kaum laki-laki dan perempuan bergaul dengan sebebas-bebasnya dan membiarkan kaum perempuannya untuk berpenampilan dengan pakaian terbuka dan minim juga ekstra ketat.

Perlakuan yang bebas tentu saja berhubungan dengan adanya pengatasnamaan cinta yang sering dilakukan oleh para aktivisnya. Mereka ingin mendapatkan yang belum diperbolehkan oleh agama. Tapi –dasar laki-laki- dengan rayuan gombal dan kata-kata manisnya, maka ia pun akan berusaha membujuk sang wanita untuk mau memenuhi permintaan laki-lakinya. Sekali lagi semua itu dengan dalih bukti cinta dari orang yang dicintainya.

Dari situlah akan memacu munculnya pertanyaan, apakah cinta itu halal atau haram! Memang kalau kita mau melihatnya secara diplomatis tentu jawaban yang ada yaitu bahwa cinta yang halal itu adalah halal dan cinta yang haram itu adalah haram. Cinta yang halal itu diantaranya ialah cinta seorang lelaki kepada istrinya atau seorang wanita kepada suaminya dan cintanya seorang lelaki kepada perempuan yang ia lamar atau seorang wanita kepada lelaki yang melamarnya. Adapun cinta yang haram yaitu cintanya seorang lelaki kepada wanita yang bukan istrinya ataupun seorang wanita kepada lelaki yang bukan suaminya.

Maka kecenderungan hati antara sepasang pemuda dan pemudi yang dilakukan tanpa ikatan, maka hal itu tiada artinya karena tidak adanya suatu kelanjutan. Bahwa sesungguhnya orang yang licik dan munafik tidak memiliki tujuan kecuali hanya untuk memuaskan syahwatnya saja demi mencapai tujuan tercela di bawah naungan cinta dengan segala makna yang mengandung nilai-nilai kesusastraan yang indah dan menarik di dalamnya.

Kepada para pemuda –apalagi remaja putri- hendaknya waspada terhadap berbagai macam jebakan dan rayuan yang sering disebut dengan ‘cinta murni’ yang selalu tersuguhkan dihadapan mereka. Itulah perangkap dimana orang yang jatuh ke dalamnya tidak mungkin dapat terselamatkan. Orang-orang yang belum pernah bercinta harus lebih berhati-hati daripada yang lainnya, sebab mereka masih lugu dan belum tahu tentang kasih dan cinta yang dusta apalagi pemerkosaan yang berkedok atas nama cinta.

Sebenarnya benih cinta itu jauh berbeda dengan benih-benih tanaman. Benih cinta memiliki kecenderungan tumbuh dan berbuat lebih cepat. Dan berbahaya bila sampai tergelincir ke dalam arus cinta palsu yang merugikan, karena mengancam perkembangan cinta remaja itu sendiri. Tidak ada salahnya bila dalam hal ini orang tua juga ikut ambil bagian untuk mengingatkan anak-anaknya dari bahaya memahami cinta dan menyelamatkan dari keterlanjuran.

Jala-jala cinta di luar perkawinan telah mampu meninabobokkan dan memberikan mimpi-mimpi indah bagi seseorang dalam tali asmara yang bergejolak untuk mendekati keintiman dan syahduan. Hingga cinta buta jadi mahar yang menghalalkan hubungan bersetubuh dari kisah cinta dua sejoli. Seharusnya pergaulan itu didasari dengan sikap saling menghargai dan menghormati antara pria dan wanita. Jangan sampai mengeksploitasi wanita hanya mengatasnamakan cinta. Lelaki harusnya mampu untuk menjadi pelindung dan menjaga kehormatan wanita yang menjadi kekasihnya.

Adanya rasa tega dari manusia untuk melakukan hal-hal yang menentang kebudayaan karena sudah tidak ada lagi rasa malu yang tersimpan dalam diri mereka. Terkadang mereka bangga dengan perbuatan yang dilakukan, bahkan justru mempublikasikannya  kepada masyarakat luas. Karena sudah tidak adanya rasa malu menjadikan manusia bebas untuk berbuat apa saja tanpa perlu adanya tameng yang digunakan.

Memang rasa malu merupakan hal yang baik dan bagian dari agama secara keseluruhan. Rasa malu hanya membawa pada kebaikan, karena rasa malu adalah satu watak yang mendorong pemiliknya untuk meninggalkan keburukan serta keteledoran hak orang lain. Ibnu Mas’ud meriwayatkan dari Uqbah bin Amarah al-Anshari bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

“Sesungguhnya termasuk salah satu kalam (ucapan kenabian masa-masa awal) adalah bila kamu tidak malu maka lakukan apa yang kamu mau.” (HR. Bukhari).

Menurut Imam al-Hulaimi pengertian yang bisa diambil dari hadis tersebut ialah bahwa kehilangan rasa malu menjadikan seseorang lepas kontrol, yang pada akhirnya membawa dirinya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengandung efek negatif. Hal ini juga karena sudah tidak ada sesuatu yang paling ampuh bagi orang-orang baik dalam mencegah keburukan, kecuali takut akan kehinaan dan celaan. Bila tidak melakukan sesuatu karena merasa malu silahkan untuk melakukannya atau hal lain yang tidak menjadikan diri terbelenggu oleh rasa malu yang dimiliki.

Apalagi dengan adanya kesan untuk memperbolehkan berpacaran sebagaimana diungkapkan dr. Boyke, tentu akan membuka peluang besar terjadinya free sex. Walaupun dengan alasan sebagai latihan pendewasaan dan pematangan emosi. Justru bila terjadi pacaran yang diselenggarakan secara sembunyi-sembunyi oleh para remaja karena tidak adanya kepercayaan yang nantinya tidak membawa keuntungan. Dan adanya kasus-kasus kehamilan pra-nikah umumnya dilakukan karena pacaran yang menggunakan sistem backstreet dan adanya ketidakharmonisan dengan orang tua.

Padahal kalau sudah terjadi hubungan yang statusnya pacaran, tidak menutup kemungkinan hal-hal yang bakal menyerempetnya seperti diungkapkan Iip Wijayanto; room oriented, love in all the time, show, experiment, just having fun. Memang sangat ironis sekali bila cinta yang ada justru telah disalahgunakan. Padahal cinta itu sebenarnya suci dan dapat membawa manusia dalam menemukan jati dirinya. Namun kenyataan yang ada dan sering kita lihat dilapangan malah cinta menjadi tameng untuk berbuat maksiat dan menyakiti seseorang yang dicintai. Semuanya selalu berkedok dengan nama cinta dan semuanya untuk membuktikan kecintaan yang tak pernah terbukti untuk kelanjutannya.

Kejadian-kejadian yang berasal dari cerita orang lain dan berdasarkan pengamatan merupakan sesuatu yang logis. Semua itu juga didukung angka pelecehan seksual yang terus meningkat, adanya affair antara dosen dan mahasiswa ataupun mahasiswi/mahasiswanya, guru mencabuli muridnya, ayah yang memperkosa anaknya sendiri, pembuangan bayi karena hasil hubungan gelap dan masih banyak lagi konsekuensi logis dari tampilan fisik yang benar-benar sudah menjadi replika dari bangunan kebudayaan masyarakat barat yang mengagungkan liberalisme dan kebebasan dalam segala bidang.

Tentu dapat dibayangkan seperti apa masa depan umat Islam di masa yang akan datang dengan rendahnya moralitas generasi muda, dalam kaitannya remaja Muslim yang seperti ini. Paling tidak tugas penting yang seharusnya menjadi pemikiran kita bersama untuk pemecahannya.

  1. Hendaknya kepada para mujtahid dapat lebih toleran dalam membangun kaidah-kaidah hukum dengan tujuan dapat diterima secara baik (tanpa konfrontasi sikap yang berlebihan), dengan tidak mengabaikan substansi konsepsi hukum yang telah ada, yakni al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi.
  2. Meluruskan kekeliruan terhadap adanya paradigma di kalangan orang tua yang selama ini memiliki semacam konvensi bahwa seorang anak yang telah memiliki usia siap untuk menikah, baru diperbolehkan nikah jika telah menyelesaikan studinya dan memperoleh pendapatan yang memadai. Sebenarnya pendapat ini tidaklah salah, justru ini baik mengingat dalam pernikahan tidak hanya berisi hubungan biologis tapi juga adanya tanggung jawab yang lebih banyak menyita perhatian. Namun yang terjadi tidak seperti yang diharapkan orang tua, justru yang ada mereka melakukan hubungan seks tanpa perlu membangun akad yang sah dan diridhai Allah. Bila seperti itu maka paradigma yang terbentuk sejak awal malah menjerumuskan generasi muda.

Cinta akan menampakkan diri dalam berbagai bentuknya. Dan bentuk cinta yang cenderung berkaitan pada remaja yaitu:

v  Cinta diri

Cinta ini erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia akan senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi, dan mengaktualisasikan dirinya. Ia akan mencintai sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan, ketentraman, dan kebahagiaan. Sebaliknya, ia akan membenci segala hal yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan marabahaya.

Gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya ialah kecintaannya yang sangat kuat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginan dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup. Dan gejala yang lainnya yaitu permohonan yang terus menerus agar dikaruniai kesehatan, kebaikan dan kenikmatan hidup.

v  Cinta pada sesama

Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan kehamonisan dengan manusia yang lain, maka tidak boleh tidak harus dapat membatasi cinta pada diri sendiri dan keegoisannya. Hendaknya dapat menyeimbangkan cinta dan kasih sayangnya pada orang lain. Sebagaimana al-Qur’an menekankan tentang perlunya kasih sayang dan keakraban antara manusia satu dengan yang lainnya;

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempertautkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara…” (QS. Ali Imran: 103).

Al-Qur’an dengan tegas menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri, hal ini sebagai antisipasi agar membatasi pada ekstrimitas cinta.

v  Cinta seksual

Cinta ini erat kaitannya dengan dorongan seksual. Islam mengakui dorongan seksual, bukan mengingkarinya. Dengan sendirinya mengakui cinta seksual yang menyertai hal tersebut. Sebab hal itu juga merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang tidak dapat diingkari oleh Islam, ditentang ataupun ditekan secara paksa. Justru yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu pernikahan. Sebab untuk melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri.

Yang jelas berbagai dampak negatif akibat pergaulan bebas bisa meningkat seribu kali lipat daripada dampak positif yang dapat diharapkan. Ketika terjadi pertentangan antara yang bersifat positif dan negatif, maka mencegah sesuatu yang negatif adalah lebih utama. Apalagi ketika nilai positifnya tidak seberapa bila dibandingkan dengan sisi negatif yang ditimbulkannya.

Di sisi lain, perempuan yang sering bergaul bebas dengan laki-laki akan tergerak untuk selalu memperlihatkan berbagai bentuk perhiasan yang dipakainya. Ia merasa bangga bila para lelaki kagum melihat sosoknya yang manggairahkan.

*****





Sahabat, Teman atau Kekasih

17 02 2010

Kalau kita melihat kedua kata ini, yaitu; “sahabat” dan “teman” tentu kita akan berpendapat bahwa arti dari kedua kata tersebut sama. Dimana letak perbedaannya tentulah tidak ada. Tapi saya menganggap bahwa antara “sahabat” dan “teman” memiliki arti yang beda, apalagi kata “kekasih” ini jelas mempunyai arti yang tersendiri. Dan tentunya akan saya ambil dari perspektif remaja saat ini. Terserah nantinya kalau ada yang berpendapat lain silahkan saja.

Menurut saya teman/pertemanan adalah suatu hubungan yang melibatkan dua/lebih individu manusia yang saling berinteraksi diantara satu dan lainnya, dan hubungan ini merupakan titik awal dalam membina ikatan persahabatan.

Sedangkan sahabat/persahabatan itu sendiri yaitu interaksi dari kelanjutan hubungan yang sudah pernah ada/pernah terjalin sebelumnya yakni di dalam hubungan pertemanan yang mempunyai titik tekan pada kualitas yang bersifat obyektif di antara satu sama lain dalam hubungan antar pribadi.

Ada beberapa ciri umum mengenai persahabatan atau pertemanan ini, seperti:

¨      Hubungan persahabatan dan pertemanan mempunyai sifat “suka rela”.

¨      Hubungan pertemanan tidak memiliki sesuatu yang unik dan individual seperti pada ciri-ciri persahabatan.

¨      Persahabatan dan pertemanan berbeda dari hal keakraban dan keintiman di dalam hubungan ini.

¨      Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup, sedang untuk pertemanan ini merupakan awal dari persahabatan.

Lalu untuk ciri-ciri persahabatan ada sendiri, yakni:

  • Saling menghargai antara satu dan lainnya.
  • Ada titik tekan pada kualitas yang obyektif dalam hubungan antar pribadi antara satu dan lainnya.
  • Mempunyai keunikan seperti saling bertukar barang diantara teman yang tidak berdasarkan pada nilai-nilai material, namun justru karena rasa suka dan keinginan yang sama.
  • Terjalinnya hubungan bersahabat dikarenakan ada perilaku yang menggemaskan dan sulit untuk digantikan dengan orang lain.

Dan kalau kekasih, dalam perspektif remaja saat ini mempunyai artian sebagai individu yang memiliki hubungan “sangat” spesial melebihi teman dan sahabat. Biasanya orang yang disebut sebagai kekasih ialah “pacar”. Dan terjadinya hubungan ini disebabkan kedua individu mempunyai perasaan cinta dan secara khusus hal tersebut diungkapkan dengan kata-kata.

Tidak dapat dimunafikkan bahwa yang sering terjadi pada diri kita sendiri memanfaatkan situasi dan kondisi yang pernah ada. Dari adanya hubungan teman beralih pada persahabatan, maka di sana tanpa disadari atau pun disadari mulai tumbuh dan bersemi rasa cinta itu. Semula hanya rasa suka saja, walaupun ada rasa cinta hal tersebut tentunya tidak begitu dominan. Sebab yang ada terkadang cuma sebagai “kakak” atau “adik”. Kalau pun jatuh cinta hanya sekedar cintanya kakak terhadap adiknya atau sebalik-nya.

Tapi lama-kelamaan mulai ada rasa suka yang berbeda dan berlebihan. Rasa cinta yang dulu pernah ada sudah mulai berubah, malah menginginkan dianggap lebih dari sekedar teman atau sahabat semata tapi kalau bisa ingin menjadi seseorang yang dapat menjaga sang pujaan hatinya. Sebab memang ada juga teman ataupun sahabat yang dapat terbakar “api” kecemburuan. Itu hanya sebagai teman atau sahabat saja statusnya.

Kembali pada permasalahan persahabatan, bahwa dalam persahabatan tersebut terdapat prinsip yang itu dapat menjadikan diri kita untuk mengambil komitmen yang tidak terlalu jauh dari komitmen awal. Mengapa di sini saya mengatakan ada komitmen yang jauh? Maksudnya ialah kekasih, sebab terjadinya hubungan kekasih atau istilah kerennya “pacaran” ini merupakan komitmen seseorang untuk bersama. Hanya saja yang memang agak berbeda ialah statusnya. Tidak lebih dari itu. Kalau statusnya sebagai teman atau sahabat tentu masih bisa jalan dengan orang lain, tapi kalau statusnya menjadi kekasih ada batasan-batasan yang telah melanggar hak asasi manusia sebagai individu. Sebab sudah berani “memperkosa” kebebasan individu.

Dan persahabatan itu paling tidak ada lima prinsip yang dapat dijadikan rujukan, yaitu:

Prinsip Pertama: Emosi yang seimbang

Hal ini berkaitan atas semua urusan bahwa dengan bersikap adil dan seimbang adalah cara yang paling baik. Kata-kata hikmah mengajarkan kepada kita bahwa “sebaik-baik urusan adalah pertengahannya.” Dan suatu hal yang umum dalam kehidupan ialah kecintaan kepada sahabat. Seseorang harus mencintai sahabatnya dengan tulus dan sepenuh hati, namun pada saat yang sama tidak boleh berlebihan.

Jika persahabatan berdiri di atas landasan kecintaan dan emosi diri, lalu mengapa kecintaan dan emosi diri tidak boleh melebihi batas kewajaran dan keseimbangan? Apa hikmahnya? Jawabannya adalah sebagai berikut:

  1. Dalam persahabatan masih dimungkinkan terjadinya pertengkaran atau perpisahan. Jika seseorang berlebih-lebihan dalam mencintai sahabatnya, lalu tiba-tiba sahabatnya meninggalkannya, maka tentunya dia akan mengalami kekagetan yang tak terduga sebelumnya. Namun jika dia mencintai sahabatnya secara wajar (tidak berlebihan), maka itu artinya dia menyadari kemungkinan berubahnya sahabatnya suatu waktu menjadi benci dan menjauhinya.
  2. Kecintaan yang belebihan akan mendorong kepada fanatitisme. Jika sudah demikian maka seseorang akan menganggap sahabatnya sempurna, dan dia tidak akan mau menasehati dan memperingatkan kesalahan-kesalahan sahabatnya. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip persahabatan sejati.
  3. Bersikap wajar dan seimbang dalam mencintai akan membuat seseorang bersikap wajar dan seimbang pula dalam membenci.

Prinsip Kedua: Memanfaatkan kedatangan orang

Jika seseorang yang layak dijadikan sahabat datang kepada Anda, maka Anda harus memanfaatkan kesempatan itu untuk menjadikannya sebagai sahabat. Anda jangan ragu-ragu untuk hal itu. Namun perlu juga untuk bersikap hati-hati, karena terkadang setan membisiki Anda dengan mengatakan, “Aku memerlukan teman! Kamu tidak membutuhkan mereka!” Ini tipu muslihat setan. Jelas ini bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar persahabatan yang mengajak untuk bersikap ‘tawadhu’, menggunakan kesempatan manakala manusia datang kepadanya, dan memperbanyak sahabat dan saudara.

Jika Anda ingin menjadi orang yang beruntung maka janganlah Anda acuh terhadap orang yang datang dan berminat kepada Anda. Gunakan kesempatan kedatangan dan kecenderungan mereka itu. Jadikan sebagai sahabat dan saudara Anda! Jika memang perlu untuk dijadikan pacar silahkan saja.

Prinsip Ketiga: Menjaga sahabat-sahabat lama

Sahabat lama tidak ubahnya seperti barang antik, yang semakin lama semakin disukai dan dipelihara. Sahabat lama tidak ubahnya dengan modal pertama bagi seseorang. Apa yang Anda lakukan bila memiliki modal pertama? Tentunya Anda akan berusaha menjadikannya sebagai alat untuk menghasilkan keuntungan yang baru.

Sebenarnya persahabatan betapa pun lamanya senantiasa baru. Dia tidak ubahnya seperti air sungai yang senantiasa baru. Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak bisa mendapatkan sahabat dalam hidupnya. Namun orang yang lebih lemah lagi adalah orang yang mempunyai sahabat namun kemudian sahabatnya meninggalkannya.

Prinsip Keempat: Menghubungkan ketika orang memutuskan

Persahabatan kadang-kadang sering dijangkiti hal-hal yang dapat menyebabkan putusnya persahabatan tersebut. Dalam keadaan demikian, apa yang harus dilakukan? Apakah kita harus membalasnya dengan permusuhan, kemarahan, dan keras kepala? Ataukah kita menampakan kecintaan, sikap merendah, dan membalasnya dengan berbuat baik?

Tidak ada lagi keraguan bahwa tidak ada cara yang lebih baik daripada membalas pemutusan dengan penghubungan dan kejahatan dengan kebaikan. Ini adalah cara terbaik dalam bergaul dan berhubungan dengan sahabat dan saudara, dan bahkan dengan manusia pada umumnya. Dengan cara ini, seseorang akan bisa merealisasikan hal-hal berikut:

  1. Tidak memberikan kesempatan kepada kerakusan untuk berkembang dalam dirinya dan juga diri sahabatnya, yang kelak bisa menyebabkan putusnya tali persahabatan.
  2. Bersikap merendah dan mengalah, sehingga dengan begitu dia dapat meredam sifat egois dan menjauhi sifat fanatik buta.
  3. Mengembalikan persahabatan seperti sedia kala yang penuh dengan kehangatan dan saling pengertian.

Prinsip Kelima: Perdamaian diantara sahabat

Pada mulanya yang ada dalam persahabatan adalah kejujuran, kecintaan, keselarasan, persatuan, dan pemberian. Namun kemudian karena satu dan lain hal terkadang perselisihan serta kesalapahaman di antara dua orang sahabat tidak dapat dihindarkan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena memang manusia tidak terjaga dari kesalahan dan dia tidak bergaul dengan patung yang terbuat dari batu, melainkan dengan sesamanya.

Jika demikian halnya, maka apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang bersahabat dalam mengatasi perselisihannya? Bagaimana menciptakan perdamaian di antara mereka?

Kebanyakan mereka akan bersikap mengalah dan menelan perselisihan yang muncul di kalangan mereka. Sikap mengalah ini terkadang timbul dari kedua belah pihak, atau dari salah satu pihak. Sehingga persahabatan mereka pun kembali kepada keadaan semula sebagaimana sebelumnya.

Kedua belah pihak yang berselisih di anggap sebagai penanggung jawab pertama yang berkewajiban mengembalikan persahabatan mereka kepada keadaan semula. Namun jika keduanya tidak mampu berdamai maka di sini diperlukan pihak ketiga yang akan membawakan kepada mereka bunga mawar dan tangkai zaitun sebagai lambang perdamaian. Ia akan menukilkan kata-kata yang baik dari satu pihak kepada pihak yang lain, dan melakukan segala sesuatu yang baik yang dapat mendorong kepada terciptanya perdamaian.

Selain itu persahabatan ada tiga macam; 1) Bersahabat dengan orang yang lebih atas dari Anda, dan persahabatan ini pada hakikatnya lebih sebagai rasa bakti. 2) Bersahabat dengan orang yang ada di bawah Anda, pada wilayah ini ada tuntutan agar Anda bersikap peduli dan kasih sayang. Sementara yang mengikuti Anda harus selalu serasi dan bersikap hormat. 3) Bersahabat dengan mereka yang memiliki kemampuan dan pandangan ruhani. Yaitu suatu persahabatan yang menuntut sikap memprioritaskan sepenuhnya kepada sahabat itu.

Pada saat hubungan yang dijalin sebagai teman/sahabat tentu akan banyak sekali waktu dan perhatian yang diberikan kepada orang yang dekat dengan kita. Begitu pula sebaliknya, ketika cinta tumbuh dan bersemi menjadi hubungan yang dianggap paling dekat yaitu sebagai kekasih maka akan beda situasinya. Kadang kita tidak pernah menduga apa yang kita berikan kepada orang yang selama ini kita sayangi walaupun sebagai seorang teman/sahabat apalagi pacar itu adalah sebuah pengorbanan. Dan ketika kita harus melepaskan dia untuk menemukan cintanya dan bersama kekasihnya itu pengorbanan yang diberikan seorang sahabat. Namun apa yang didapatkan seorang teman/sahabat?

Untuk itu diperlukan adanya status dan kejelasan yang pasti dari hati kita sendiri. Bukankah kita tidak mau nantinya hubungan yang kita jalin baik kepada teman, sahabat dan kekasih hancur semuanya. Tentunya kita tidak ada yang menginginkan seperti itu. Kalau bisa semuanya berjalan sesuai dengan harapan kita secara harmonis dan seimbang. Maka tidak ada salahnya bila kita memberikan ketegasan dengan siapa kita akan menebarkan cinta kita. Kalau memang kita harus memilih orang lain yang tidak pernah dekat dengan kita selama ini, tentukanlah sikapmu. Ketegasan bukan berarti menyakitkan.

*****

Dalam perjalanan untuk menemukan cintanya memang remaja sering mengalami kegoncangan dalam hati dan pikirannya. Maka pahamilah dan ikutilah kata hatimu dalam menemukan cintamu. Dan temukanlah kekasih yang pantas. Dan biasanya remaja beranggapan bahwa kekasih adalah orang yang menyatakan cinta kepada dirinya dan biasanya disebut sebagai ‘pacar’.

Maka kata kekasih di sini pun saya ganti dengan kata ‘pacar’, hal ini hanya untuk mempermudah penggunaan kata dan juga yang sudah nge-trend di telinga remaja. Bahasan ini memang lebih ditujukan pada remaja terutama kaitannya dengan pergaulannya antar lawan jenis. Tidak bisa dipungkiri bahwa yang sering terlibat dengan cinta dan juga hubungan antara teman, sahabat dan pacar ini dominannya adalah remaja. Ini bukan berarti diskriminasi terhadap remaja, tapi memang sebagian besar remaja seperti itu. Dan kepada remaja yang tidak masuk kategori remaja seperti apa yang saya gambarkan jangan cengengesan dulu. Sebab kalaupun ada yang gayanya sok alim dihadapan orang lain, bisa saja dibelakang orang lain tersebut dia bermain dengan kelicikkannya. Kayaknya gak perlu saya menerangkannya.

Namun mengapa remaja membutuhan yang namanya pacaran? Dengan dalih untuk bisa saling mengenal di antara dua makhluk yang lain jenis dan ini tentunya merupakan hal yang wajar serta harus dipenuhi dalam kehidupannya. Itu terjadi pada usia yang umum dan kalau di sini saya akan memandang dari tingkat pendidikannya, yaitu biasa terjadi pada tingkat pendidikan SMP sampai Perguruan Tinggi. Kalau pun ada yang lebih dari itu biasanya arahnya sudah pada jenjang yang lebih matang, yakni sudah siap untuk mengarah pada pernikahan. Tidak menutup kemungkinan juga ada yang sudah siap sebelum selesai kuliah. Ada juga yang karena terpaksa harus siap sebab “kecelakaan” waktu berpacaran. Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya tanpa ingin ketinggalan sedetik pun untuk berpisah.

Dengan munculnya pacar di satu sisi, dan mempunyai sahabat lawan jenis pada sisi yang lain, hal ini dapat menyebabkan sahabat terbakar ‘api’ cemburu. Mengapa hal ini bisa terjadi? Adanya perasaan takut kehilangan dari seorang sahabat dapat menjadi faktor pemicunya. Sebab nantinya intensitas kebersamaan yang pernah ada akan segera menghindar serta dibarengi dengan merenggangnya hubungan komunikasi dan muncul banyak alasan untuk bertemu.

Dalam sebuah artikel yang saya kumpulkan ada pendapat dari dr. Boyke mengatakan agar aktivitas berpacaran ini tidak perlu di larang. Sebab berpacaran merupakan latihan pendewasaan dan pematangan terhadap emosi remaja. Ketika berpacaran mereka akan bisa merasakan bagaimana rasa rindu atau rasa memiliki, dan sebagai tempat untuk berlatih bagaimana untuk saling berbagi (sharing) dengan pasangannya. Tentunya dengan diikuti peran orang tua sebagai teman diskusi sambil bertanya siapa pacarnya yang sekarang. Maka perlu adanya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak. Adanya kepercayaan orangtua akan membuat anak merasa mempunyai tanggung jawab yang lebih. Kalau pun terjadi berpacaran secara sembunyi-sembunyi hal ini bisa dikarenakan tidak ada kepercayaan orang tua. Dan terjadinya kasus kehamilan pranikah dilakukan oleh mereka yang pacarannya dengan sistem backstreet.

Lalu kalau ditanyakan pada saya mengenai pacaran boleh atau tidak, tentu saya akan menjawab sesuai dengan pendapat saya sendiri dan tanpa adanya tekanan dari pihak mana pun. Kalau pun nantinya dikatakan mengikuti pendapat dr. Boyke itu sih terserah bagaimana anda memahami pendapat yang saya ungkapkan. Menurut saya berpacaran itu boleh saja dilakukan, namun harus dapat mem-filter diri dari hal-hal yang akan menjerumuskan kepada perbuatan “pemerkosaan” dengan kedok atas nama cinta. Dan ini tentunya bagi mereka yang memang ingin berpacaran, kalau yang tidak ingin yah tidak usah dipaksakan sebab nantinya akan membawa kepada permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan nantinya. Apalagi kalau sedang bergelut dengan dunia studi, kalau tidak bisa membagi waktu, yah sudah mungkin lebih baik jomblo. Ketimbang nantinya menyakiti hati orang lain dan menambah musuh.

Pacaran disini saya ibaratkan seperti sebuah pisau. Mengapa? Kita lihat dulu dari sisi mana kita memandang pisau itu. Pisau dapat berguna untuk memotong bila yang di potong juga sesuai dengan fungsi pisau itu. Sebab sekarang ini ada berbagai jenis dan macam-macam pisau. Sebab bila pisau disalahgunakan itu berarti fungsi pisau sebagai alat pemotong sudah tidak boleh lagi untuk digunakan dan hukumnya bisa dikatakan haram.

Begitu pula dengan masalah pacaran ini. Banyak yang beranggapan bahwa pacaran adalah sebuah jalan untuk menuju kepada arah pernikahan. Sementara itu juga ada yang menganggap pacaran itu hukumnya haram. Memandang kembali pada kegunaan pisau, maka seperti itulah deskripsi tentang pacaran ini. Jika pacaran digunakan sebagai alat untuk menuju kearah yang baik dan sesuai dengan komitmen awal yang telah dibangun yaitu sama-sama untuk menjaga kehormatan kedua belah pihak, maka untuk berpacaran ini bisa dipersilahkan. Tapi bila pacaran hanya untuk membalas dendam dan menghancurkan keperawanan atau keperjakaan ibarat pameo “habis manis sepah dibuang”, maka lebih baik hindari untuk berpacaran. Apa pun alasan dari pacaran tersebut! Ketika yang hanya diminta adalah kepuasan nafsu sesaat dan setelah dapat kepuasan nafsunya, tidak berapa lama langsung diputus maka bersiap-siap untuk menanggung beban derita hidup yang akan membuat hari-hari selalu diselimuti khayalan yang indah-indah.

Memang kalau melihat pendapat itu mungkin bisa saja ada yang menganggap saya sebagai orang yang sok tahu hukum pacaran. Karena tidak ada kejelasan yang benar-benar jelas mengenai pendapat saya mengenai pacaran itu sendiri. Tapi paling tidak dari apa yang saya ungkapkan tersebut bisa anda mengambil kesimpulan sendiri. Sekali lagi kalau memang bisa mengatur semuanya dengan baik yah tidak ada salahnya untuk di coba, tapi kalau tidak bisa tidak usah dipaksakan.

Sekali lagi saya tekankan bahwa konsep pacaran yang saya bangun adalah menurut perspektif saya sendiri. Di sini saya tidak ingin berpandangan atau mengambil teori dari ilmu-ilmu sosial yang sudah ada. Justru saya memandang pada sisi kebutuhan remaja akan adanya teman dekat yang dapat menjadi teman bicaranya (paling tidak seperti itu!). Kalau memang ditanyakan remaja yang mana? Tentu bagian remaja yang tidak berpenampilan yang alim (sok alim, serta teman-teman yang berpenampilan ala aktivis banget gitu loh…). Jadi tinjauan saya adalah remaja yang saya temui pada umumnya. Biarpun mereka menempuh pendidikan yang berkedok keagamaan, tapi aktifitas pacaran ini tidak dapat terlepas.

Adapun yang menganggap bahwa pacaran itu adalah setelah menikah, menurut saya sah-sah saja bila ada yang berkata seperti itu. Maka dari situ pula saya berpandangan bahwa siapa saja berhak untuk berargumentasi. Dan berhak untuk berkomentar tentang pacaran itu boleh atau tidak. Memang hal ini tidak dilegalkan dalam agama yang ada pada diri saya. Yang jelas hubungan laki-laki dengan perempuan adalah hubungan yang paling alamiah antara sesama manusia.

Ada juga orang yang mempunyai prinsip untuk tidak pacaran, namun bukan berarti dia itu egois. Justru ada beberapa kemungkinan mengapa dia melakukan hal itu:

  • Karena tahu dalil-dalil yang tidak menghalalkan pacaran dalam konteks agama.
  • Adanya larangan dari orang tua untuk tidak berpacaran saat kuliah.
  • Dia tidak ingin menyakiti hati dan perasaan orang lain.
  • Tidak mau menambah musuh, sebab ketika suatu saat ia memutuskan untuk pacaran dengan seseorang. Namun tiba-tiba putus, maka hal itu justru akan dapat menimbulkan kebencian juga selain point yang di atas.
  • Tidak ingin waktunya terbuang dengan sia-sia hanya mengurus satu orang (padahal mengurus diri sendiri saja belum becus).
  • Karena ingin menyelesaikan studinya sesuai target yang direncanakan (kalau 4 tahun, yah 4 tahun gak lebih). Kalau pun ada yang melakukan pacaran dan kuliahnya juga sesuai target, saya pikir tergantung dengan orangnya dalam memanajemen waktu pribadi.
  • Silahkan lanjutkan sendiri…

*****





SAY NO TO NARKOBA

11 02 2010
  1. PENDAHULUAN

Penyalahgunaan dan peredaran narkoba sudah meramba sampai ke segala penjuru dunia, tak terkecuali di Nusantara yang kita cintai ini. Penyalahgunaan narkoba sangatlah berbahaya dan mengakibatkan dampak negatif baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Seseorang baru akan sadar kalau ia sudah terjerumus, ketagihan, ketergantungan narkoba dan menderita, baik secara fisik maupun psikologis.

Menurut WHO (1982) Semua zat padat, cair maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, air dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.

Mereka tak dapat hidup secara normal, masyarakat merasa penyalahguna narkoba “bertingkah laku aneh” sehingga sering memojokkan mereka. Bahkan sebagian besar langsung memvonis bahwa mereka memang kriminal yang tak perlu diajak kompromi apalagi didekati. Sebenarnya, apakah narkoba itu? Sehingga negara-negara di dunia ini perlu bersatu padu untuk memberantasnya? Apa saja dampak negatifnya? Rasanya banyak yang perlu kita ketahui agar kita bukan saja waspada, tetapi juga dapat mengajak rekan yang lain untuk mengambil keputusan tepat, yaitu katakan TIDAK UNTUK NARKOBA! Bahkan mari bersama KITA PERANGI NARKOBA.

Menyikapi hal ini, tiada pilihan lain kecuali pemerintah bersama-sama dengan segenap lapisan masyarakat harus saling bahu membahu melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dan pemberantasan peredaran gelap narkoba. Sudah barang tentu lebih baik mencegah daripada mengobati.

  1. APA SIH NARKOBA ITU??

NARKOBA ialah NARkotika, psiKOtropika dan Bahan/zat Adiktif. NARkotika: Zat/ obat yang berasal dari tanaman atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, hilangnya rasa , mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. psiKOtropika: Zat/obat alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Bahan/zat Adiktif: Bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang pengunaannya dapat menimbulkan ketergantungan baik psikologis atau fisik. Misal: Alkohol, rokok, cofein. Sedangkan NAPZA ialah NArkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Contoh narkotika: candu, morfin dan heroin, yang berasal dari tanaman candu (opium) dan memiliki pengaruh sama jika dipakai. Contoh narkoba lain: ganja dan kokain. Contoh psikotropika: ekstasi, shabu, obat-obat penenang/obat tidur.

Adapun sejarah narkoba ialah:

  • Hypocrates, dan jaman romawi telah menggunakan opium sebagai obat tidur
  • Diduga abad ke 15 telah digunakan oleh suku Indian dalam upacara ritual
  • Abad ke 17 : ganja diperkenalkan oleh Belanda
  • Tahun 1860 ganja ditanam di Jawa dan Sumatra
  • Tahun 1909 Amerika melarang penggunaan opium/candu
  • Tahun 1960 heroin, morphine, barbiturat, amphetamine, cocain telah ditemui di Jakarta dan Bali
  • Tahun 1970 ditemui morphine yang di suntikan, mulai adanya pengobatan terhadap pengguna
  • Tahun 1990 mulai golongan amphetamine muncul secara besar-besaran misal : ekstasi

Data tentang penggunaan Narkoba di Dunia

  • UNODC menyatakan bahwa 200 juta orang di seluruh dunia mengguna narkoba terlarang
  • Sekitar 15 juta menggunakan opium dan heroin
  • 34 juta mengalami ketergantungan pada amphetamine
  • 15 juta pada cocaine

Dari segi efek dan dampak yang ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan / jenis :

  1. Upper

Upper adalah jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin.

  1. Downer

Downer adalah golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi tenang dengan sifatnya yang menenangkan/sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti rasa cemas.

  1. Halusinogen

Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonjol sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis.

  1. Untaian Kisah Penuh Makna

Jatuh Bangun Seorang Wanita Pecandu “Saya Yakin, Setiap Pecandu Bisa Berhenti!”

Agak berat untuk mengingat masa lalu yang saya alami. Sedikit takut memang. Entah kenapa, ketika ingin bercerita saya harus berpikir keras. Sebagai seorang wanita, banyak yang telah saya alami dalam hidup ini, hidup yang tergolong kacau dan bandel. Khususnya tentang masalah narkoba.

Dikerjain teman hingga mabuk, kabur dari rumah, berpacaran dengan bandar narkoba, sakaw di tempat kerja, dan berbagai hal nista lainnya. Karena narkoba itulah, hidup seperti angin berputar yang tidak tentu arah.

Itulah kisah ringkas Mona (bukan nama sebenarnya, Red.). Ia pun tidak begitu setuju bila semua yang terjadi padanya dikatakan sebagai buntut dari perpisahan orang tua sejak ia menginjak sekolah dasar. Bersama dengan lima orang kakak laki-lakinya, Mona memilih tinggal bersama sang ibu. Perceraian itu, diakui Mona, berakibat pada hilangnya perhatian untuknya dan saudaranya yang lain. Hingga, dua orang saudara laki-lakinya juga terjebak dalam lembah hitam narkoba.

Kehidupan bandel Mona, dimulai ketika ia menginjak bangku SMP. Akibat dari pergaulan yang terlalu bebas, ia memulai kebiasaan merokok. Sejalan dengan itu, Mona akhirnya mulai mengenal dan mencoba ganja. “Minuman juga pernah coba, tapi gak terlalu sering,” tuturnya.

Perkenalan dengan ganja terjadi tanpa disengaja. Saat itu, kakak laki-lakinya sering membawa teman untuk menginap. Di rumahnya yang terbilang besar dan sepi, sang kakaknya sering menggelar pesta mabuk bersama teman-temannya. Akibat sering melihat kejadian itu, Mona jadi sangat mengenal seluk beluk orang mabuk. Buruknya, iapun jadi semakin ingin mencoba.

Pada suatu waktu ia bermain di kamar kakaknya. Di bawah kasur, ia menemukan daun ganja baik yang sudah dilinting ataupun yang masih dibungkus koran atau plastik. Jumlahnya lumayan banyak. Mona pun jadi berkesimpulan bahwa kakaknya dan teman-teman yang sering dibawanya tidak saja seorang “pemakai”, tapi juga seorang bandar.

Sekedar iseng, karena terbiasa merokok, Mona jadi sering mengambil ganja yang telah dilinting untuk dihisap. “Awalnya saya mau tahu, bagaimana sih rasanya. Katanya kalau ngisep ganja, matanya merah. Karena itu, sehabis menghisap, saya sering bercermin. Dan ternyata biasa aja. Cuma memang agak sedikit pusing,” ungkapnya mengenang.

D. Ciri-ciri Pemakai Narkoba

  1. FISIK

–          Berat badan turun drastis.

–          Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.

–          Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.

–          Buang air besar dan kecil kurang lancar.

–          Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.

  1. EMOSI

–          Sangat sensitif dan cepat bosan.

–          Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang.

–          Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya.

–          Nafsu makan tidak menentu.

3.   PERILAKU

–          Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.

–          Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.

–          Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.

–          Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang.

–          Selalu kehabisan uang.

–          Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya.

–          Takut air, jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka jadi malas mandi.

–          Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala; putus zat.

–          Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat.

–          Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan.

–          Bicara cedal atau pelo.

–          Jalan sempoyongan

–          Mengalami jantung berdebar-debar.

–          Sering menguap.

–          Mengeluarkan air mata berlebihan.

–          Mengeluarkan keringat berlebihan.

–          Sering mengalami mimpi buruk.

–          Mengalami nyeri kepala.

–          Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.

  1. Tips Menghindari Narkoba

Peredaran Narkoba ibarat jamur di musim hujan. Tidak hanya ditempat-tempat hiburan, saat ini sudah tersebar di lingkungan perumahan, bahkan ke sekolah-sekolah. Lalu, bagaimana cara menghindari agar keluarga kita tidak terjerumus ke lembah maksiat itu. Berikut beberapa tips untuk menghindarinya.

Peredaran Narkoba ibarat jamur di musim hujan. Tidak hanya ditempat-tempat hiburan, saat ini sudah tersebar di lingkungan perumahan, bahkan ke sekolah-sekolah. Lalu, bagaimana cara menghindari agar keluarga kita tidak terjerumus ke lembah maksiat itu. Berikut beberapa tips untuk menghindarinya, antara lain :

  • Dapatkan informasi mengenai bahaya Narkoba dari koran, majalah, seminar, dll.
  • Persiapkan mental untuk menolak jika ditawarkan. Kuatkanlah tekadmu untuk menolaknya.
  • Belajar berkata “TIDAK” , kalau mendapat tawaran Narkoba. Siapkan alasan yang dapat dipakai, dan alihkan pembicaraan jika kamu mulai disudutkan. Namun, bila teman terus memaksa, segera tinggalkanlah tempat itu. Carilah teman baru yang ””bersih”” dari Narkoba.
  • Milikilah cita-cita dalam hidup,sehingga hidupmu akan memiliki arah.
  • Lakukanlah kegiatan positif yang dapat menolong kamu untuk menjadi lebih mandiri, percaya diri, serta menyalurkan hobi serta berprestasi.

Selain itu, agar tidak terjerumus Narkoba, diperlukan pendekatan kognitif dari orang tua, sekolah, dan guru. Pendekatan kognitif merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi persepsi negatif tentang diri sendiri dengan cara mengubah kesalahan berpikir dan keyakinan diri yang keliru.

Selanjutnya, mengajarkan cara pengendalian tingkah laku yang tidak dikehendaki. Dengan memberikan tindakan preventif, anak dapat dibimbing berpikir positif. Namun, jika anak sudah terlanjur terlibat Narkoba, maka sebaiknya orang tua tidak “meninggalkan” mereka dalam upaya penyembuhan sendiri, tetapi harus terlibat sepenuhnya agar pecandu mendapat dukungan moril.

Pecandu yang telah keluar dari rehabilitasi sangat dianjurkan untuk mengikuti program lanjutan agar dampak ingatan dari Narkoba tidak menimbulkan masalah lanjutan.

  1. Dalil Tentang Narkoba

Dalam Islam dalil tentang narkoba mengaju pada Q.S. Al-Maidah ayat 90 dan 91.

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”

Hadis-hadis Nabi yang sama dengan ayat dalam khamr. Khamr itu tidak identik dengan alkohol, walaupun dalam khamr itu sendiri banyak kandungan alkoholnya dan memabukkan. Oleh karena itu apa saja yang mempunyai potensi memabukkan maka dia adalah khamr, apapun nama dan sebutan yang diberikan orang terhadapnya.

Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang minuman yang dibuat dari madu, jagung atau gandum yang diperas hingga menjadi minuman keras, maka beliau menjawab: “Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram” (HR.Muslim). Keharaman khamr itu tidak diukur dari sedikit atau banyaknya kandungan khamr tersebut. Rasulullah Saw. menegaskan: “Apa saja yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram” (HR. Ahmsr, Abu Daud,Tirmizi).

Lebih dari itu Rasulullah mengingatkan bahwa ada 10 orang yang dilaknat terkait dengan khamr yaitu: “Orang yang memerasnya, orang yang minta diperaskan, orang yang meminumnya, orang yang membawakannya, orang yang dibawakannya, orang yang menuangkannya, orang yang menjualnya, orang yang memakan harganya (uang hasil penjualannya), orang yang membelinya dan orang yang minta dibelikan”.

Ada seorang laki-laki hendak menghadiahkan khamr pada Rasulullah Saw., lalu beliau menginformasikan padanya bahwa Alloh telah mengharamkan khamr. Kemudian laki-laki itu bertanya apakah boleh dijual, jawab beliau Saw.: “Alloh telah mengharamkan meminum dan mengharamkankan menjualnya, Apakah boleh dihadiahkan pada orang Yahudi”, jawab Nabi Saw.: “Alloh mengharamkan menghadiahkanya pada orang Yahudi”, lantas ia bertanya: “Apa yang harus saya lakukan?”, jawab Nabi Saw.: “Tuangkan saja di selokan air”.

Begitu juga khamr yang dijadikan untuk obat, telah dilarang Rasulullah Saw. dengan sabdanya: “Sesungguhnya khamr itu bukan obat, melainkan penyakit” (HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi).

Namun dalam kondisi darurat (yang darurat itu membolehkan apa yang telah dilarang), tentu saja hukumnya berbeda. Bila memang tidak ada lagi obat yang dapat dipakai untuk menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit yang dikhawatirkan akan membahayakan kehidupannya, kecuali dengan mengkonsumsi obat yang mengandung khamr tersebut, maka tentu saja hal ini diperbolehkan dalam batas seminimal mungkin (QS.Al-An’am 145).

Tentu saja hukum khamr yang mutlak keharamannya sedikit ataupun banyak, berbeda dengan alkohol, sebab semua benda yang didalamnya terdapat alkohol belum tentu dinamakan khamr. Kandungan alkohol (suatu bahan kimia yang juga disebut etanol) terdapat pada beberapa buah-buahan atau bahan pangan lainnya. Dan kehalalan atau keharaman dari alkohol/etanol ini dilihat dari kadar yang terkandung di dalamnya.

Biasanya Rasulullah Saw. menyimpan perasan anggur hanya sampai pada malam kedua saja untuk malam ketiga beliau membuangnya sebab telah terjadi fermentasi alkohol pada perasan anggur tersebut sehingga bersifat memabukkan. Batasan untuk kadar kehalalan atau keharaman alkohol maka kita dapat merujuk pada hasil ijtihad Komisi Fatwa MUI, bahwa jika kadar alkohol pada makanan, minuman ataupun obat-obatan dibawah 1 % maka hukumnya halal, sedangkan apabila kadarnya 1 % atau lebih maka statusnya menjadi haram.

Dalam bentuk pemakaian luar, para ulama berbeda pandangan dalam menentukan kenajisan alkohol/khamr. Sementara sebagian ulama yang lain menyatakan bahwa khamr itu suci, sedangkan yang dimaksud dengan ayat diatas (“perbuatan keji”) adalah pengertian maknawi bukan pengertian najis sesungguhnya. Artinya setiap yang najis itu sudah tentu diharamkan (untuk dikonsumsi) dan tidak semua yang diharamkan itu statusnya najis. Misalnya emas dan sutra haram pemakaiannya bagi kaum laki-laki sedangkan statusnya adalah suci karena dipakai oleh kaum wanita.

Jadi pandangan ulama yang tidak menajiskan khamr menganggap parfum yang mengandung alkohol tersebut tidak najis, oleh karena itu menurut mereka tidak mengapa sholat dengan mempergunakan bahan yang bercampur alkohol tersebut.





Cinta yang Terlarang

7 02 2010

Masalah cinta memang merupakan masalah yang sering dibicarakan, apalagi ketika hal tersebut berkaitan dengan memilih pasangan hidup. Ada yang beranggapan bahwa ketika suatu hubungan tanpa adanya perasaan cinta tidak akan pernah terwujud dan terasa hampa. Berkaitan dengan masalah cinta, hal ini tidak lepas dari yang namanya remaja. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia yang sudah tidak remaja lagi tetap memiliki perasaan cinta. Namun dalam buku ini kita lebih khusus berbicara masalah cinta terhadap remaja.

Cinta memang tidak pernah memandang situasi, kondisi, waktu, harta, rupa, atau apa saja. Dan bila si gadis telah membalas tatapan, maka itu dapat diartikan telah memberikan lampu hijau bagi pergaulan selanjutnya. Kata orang, itulah yang dinamai awal dari masa menuju ke arah pacaran. Selain itu juga cinta dan seks sesungguhnya merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan, tapi di masa sekarang ini nyaris tidak ada bedanya. Istilah “bercinta” diidentikkan dengan hubungan badan. Begitu pula halnya dengan pacaran yang sebetulnya untuk saling mengenal, justru telah berubah menjadi praktek seks bebas pra-nikah. Penyimpangan ini telah menjadikan penyimpangan dan merusak citra cinta yang sebenarnya menggambarkan rasa kasih sayang, saling setia dan saling melindungi.

Sekarang, cinta yang bagaimanakah yang ingin dijalani? Bila kita melihat hubungan yang didasarkan atas nama cinta tersebut ada yang masuk ke dalam kategori cinta terlarang. Apaan sih cinta yang terlarang itu??? Setiap manusia pasti memiliki jawaban yang sesuai dengan pengalaman, pendalaman dan penghayatan masing-masing. Banyak yang menghujat cinta ketika mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan dalam perjalanan cintanya beberapa waktu yang telah dijalani. Tetapi tidak sedikit pula yang kemudian menjadi pemuja cinta tatkala dia mendapatkan pengalaman yang membuat manusia seakan-akan terbang ke angkasa ketika menjalani perjalanan cintanya. Karena dengan kenyataan yang berkembang seperti saat ini, cinta telah tercemari oleh perilaku yang mengadopsi perilaku syahwat binatang. Cinta sudah sangat kusam dan tertutupi oleh debu-debu birahi yang membuat orang tua “ngelus dada” dan menjijikan.

Bila kita melihat definisi terlarang maka itu berarti tidak boleh dilakukan atau diteruskan. Dalam hal ini cinta terlarang maksudnya cinta yang tidak direstui oleh orang tua. Banyak sebab mengapa orang tua tidak merestui cinta sucinya. Di antaranya karena orang tua sudah mempunyai calon yang menurut mereka lebih baik, pacar anaknya berbeda agama, berbeda aliran, berbeda latar belakang keluarga (status sosial), atau karena terlalu jauh sementara orang tua menginginkan yang berada pada satu daerah.

Banyak cinta yang memberikan gambaran tentang cinta terlarang. Seperti kisah Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgih. Siti Nurbaya terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih karena merupakan pilihan orang tuanya. Hal ini berbeda dengan Samsul Bahri yang merupakan pacarnya, selain miskin martabatnya juga tergolong rendah. Demikian pula halnya dengan Romeo dan Yuliet, kisah cintanya tidak direstui karena antara keluarga itu sejak dulu sudah bermusuhan. Bersatunya kedua anak manusia tersebut dianggap malapetaka bagi kedua belah pihak. Namun cinta keduanya tetap berjalan walaupun harus menempuh maut.

Cinta terlarang umumnya dilatarbelakangi oleh kekayaan. Orang tua umumnya menginginkan menantu yang kaya dalam segi materi. Padahal jika mengacu pada aturan Rasulullah SAW yang harus diutamakan adalah agamanya, karena itulah yang akan menyelamatkan kita dari semunya cinta.

******

Lalu, apakah cinta yang terlarang sama dengan cinta yang haram? Dalam sebuah tulisan Nabil Hamid Al-Ma’az diceritakan bahwa ada seorang ulama yang ditanya dengan pertanyaan, “Apakah cinta itu halal atau haram?”. Maka secara diplomatis jawabannya yaitu adakalanya halal dan ada kalanya haram. Cinta yang halal itu adalah halal dan cinta yang haram itu adalah haram. Cinta yang halal diantaranya ialah cintanya seorang suami kepada isterinya atau seorang isteri kepada suaminya dan cintanya seorang lelaki kepada perempuan yang telah ia lamar atau seorang wanita kepada lelaki yang melamarnya. Adapun cinta yang haram itu diantaranya ialah cintanya seorang lelaki kepada wanita yang bukan isterinya ataupun seorang wanita kepada lelaki yang bukan suaminya.

Perbuatan yang haram akan semakin bertambah jika hal itu mulai dirasakan manisnya, seperti meraba dan mencium atau yang lebih dari itu. Belumlah tepat bila seseorang berargumen bahwa tekanan libido seksual itu lebih dahsyat dari kekuatan yang ada padanya, dan cinta itu adalah urusan hati, sedangkan hati itu ada dalam genggaman Allah, dan Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.

Sesungguhnya cinta itu tidak ada yang terlarang. Sebab siapa saja berhak dan boleh untuk merasakannya, kapanpun dan di manapun. Lalu apakah berdosa orang yang telah menikah jatuh cinta lagi? Selama cinta itu hanya berujung pada rasa simpati saja tentunya dia tidak akan membawa efek yang fatal. Namun bila cinta yang dirasakannya itu kemudian membawanya pada arah perelingkuhan, maka hukumnya tentu saja sudah menjadi hal yang terlarang. Dan bisa kita ambil kesimpulan yaitu:

–          Cinta selama di tata dalam kemasan yang baik, maka hal itu tidak akan membawa efek apa pun. Dan tentunya hal tersebut tidak akan ada masalah dalam cinta.

–          Aplikasi dari cinta itulah yang pada dasarnya dapat membuat cinta menjadi “terlarang”. Jadi perilaku orang yang berusaha memaksimalkan cinta itulah yang kemudian membawa sesuatu yang bernilai maksiat.

–          Cinta berkaitan dengan masalah hati. Getaran cinta dirasakan oleh hati dan jiwa manusia yang sedang dilanda cinta tersebut. Adapun nafsu dirasakan oleh tubuh. Maka dapat diartikan bahwa ketika cinta itu murni dan berangkat dari hati, maka dia bisa membebaskan dirinya dari tarikan nafsu. Tetapi ketika ketertarikan tadi hanya berputar pada orientasi fisik saja, maka eksplorasinya diarahkan pada seputar fisik juga. Jadi lebih mendominasi adalah nafsunya untuk mengambil peran semaksimal mungkin termasuk menutupi hati dan akal. Dari itulah, jangan pernah menyalahkan yang namanya cinta.

Adapun formula yang dapat ditarik sebagai sebuah kesimpulan, diantaranya ialah:

  1. Pacaran itu ialah masa orientasi psikis, dalam rangka mengenali hati untuk mengetahui stabilitas emosi seseorang, kekuatan jiwanya dalam menyusun dan memanajemen konflik, hal ini mengingat bahwa dalam rumah tangga akan sering diterpa oleh badai.
  2. Sebagai orientasi psikis atau emosional, tentunya eksplorasinya juga harus dilakukan dengan hati. Alat yang dapat dipakai dalam hal ini ialah komunikasi. Bahwa komunikasi menempati peran yang sangat penting dalam menjalin suatu hubungan. Pada dasarnya cinta itu bukan untuk mengenali ukuran bodi, tetapi lebih mengenali kedalaman hati.

Seharusnya cinta dapat terbebas dari pengaruh nafsu. Maka akan menjadi lucu sekali bila kemudian ada orang yang mengaku cinta, tetapi pikirannya selalu berputar-putar pada masalah fisik saja, ML (making love), ciuman, dan seterusnya.

Di samping itu juga ada enam alasan mengapa remaja memilih untuk berpacaran:

  1. Ingin mengetahui lebih banyak mengenai diri orang lain.
  2. Ingin belajar untuk bermasyarakat, dalam hal ini berteman dengan lawan jenis.
  3. Ingin bersenang-senang, menikmati suasana berkencan.
  4. Ingin memilih calon pasangan hidup secara serius.
  5. Ingin mengikuti apa yang terjadi di masyarakat, karena biasanya remaja suka pacaran.
  6. Ingin menunjukkan kepada teman, bahwa ia bisa menggaet lawan jenisnya.

Jika orientasi pacaran hanyalah untuk melampiaskan nafsu, maka ekspresi cinta yang ada dapat dirumuskan sebagai cinta yang terlarang. Tidak dapat ditutup-tutupi bahwa banyak gadis dan wanita yang katanya sudah modern dalam masyarakat kita sekarang terlalu mudah untuk diajak melakukan hubungan suami-isteri sebelum nikah, dengan kata lain yaitu mengadakan seks bebas dan melakukan cinta bebas. Menurut Psikolog Kartini Kartono, tidak berdayanya wanita menolak ajakan untuk berhubungan seks bebas disebabkan karena beberapa faktor:

  1. Ketidakmampuan mengekang nafsunya sendiri, yaitu lemahnya kontrol diri yang ada pada orang tersebut.
  2. Lebih dominannya sifat-sifat infatil/kekanak-kanakan dan sangat naif.
  3. Adanya sebab ketidakmampuan untuk menahan diri menerima kenikmatan-kenikmatan seks kecil yang segera, dan mengorbankan kenikmatan seks yang lebih besar di kemudian hari dengan suami dalam ikatan pernikahan yang sah. Jika dorongan-dorongan seksual tadi tidak terkendalikan, maka tingkah laku gadis dan wanita jadi liar dan tidak terkekang.
  4. Seks bebas mungkin dapat disebabkan oleh motif-motif narsisme ektrim, yang kemudian berkembang menjadi nafsu petualangan cinta yang tidak mengenal rasa puas, dan senantiasa “haus cinta”. Maka lama-kelamaan dapat berkembang menjadi hiperseks.
  5. Seks bebas juga bisa di dorong oleh: masokhisme yang sangat kuat dan menjurus pada tendens patologis. Yaitu senang jika dirinya di hina, di permainkan dan di tinggalkan oleh para “kekasihnya”.
  6. Motif lainnya ialah adanya dorongan rebeli atau dorongan pemberontakan, yaitu keinginan untuk memutuskan rantai-rantai kewibawaan dan kekuasaan orang tua atau belenggu tradisional yang dirasakan sangat mengikat kebebasannya. Dengan kesengajaannya maka wanita-wanita muda tersebut berani menunjukkan “kedewasaannya” dengan melakukan intervensi-agresif dalam bentuk relasi seks bebas, seperti kaum pria yang hypermodern. Mereka itu pada umumnya melampiaskan impuls-impuls agresif seperti laki-laki, dengan melakukan seks bebas yang intensif, dan di rangsang oleh unsur balas dendam dalam bentuk aktifitas ketidakpastian pada kekasih dan suaminya.

Bagi Anda yang pernah jatuh cinta tentunya tahu benar betapa nikmatnya getar-getar yang dipetik oleh dawai-dawai hati Anda ketika Anda jatuh cinta. Ada perasaan rindu untuk selalu ingin bertemu, takut kehilangan sekaligus malu-malu jika terjadi pertemuan, bergetar hatinya jika disebutkan nama orang yang dicintai dan masih banyak lagi.

Sepertinya pada saat-saat ini perwujudan atas nama cinta dengan “pacaran”. Remaja lebih mengidentikkan bahwa ketika rasa cinta yang ada dan terus tumbuh dalam hatinya akan lebih enjoy dengan status sebagai pacar. Pada dasarnya pacaran merupakan kebudayaan dari Barat yang telah terserap oleh remaja-remaja kita kebanyakan dan juga lebih kepada merupakan trend dalam perjalanan kehidupan mereka. Ada kesan yang menyatakan bahwa kalau tidak pacaran termasuk kuno dan tidak gaul. Padahal yang namanya status pacaran itu tidak menjamin untuk menjadi suami atau isterinya kelak.

Menurut saya, bahwa remaja gaul dan tidak dikatakan kuno ialah remaja yang dapat memposisikan dalam pergaulan dengan lingkungan dan teman-temannya serta tetap menjaga norma-norma ajaran agama. Biasanya pacaran dilakukan dengan dalih untuk menjajaki dalam mencari pasangan yang ideal dan serasi. Akan tetapi kenyataan yang sering ditemukan dilapangan justru jauh berbeda dari yang diharapkan. Hal yang sebenarnya positif dalam menjalin hubungan, justru dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata. Bukannya justru untuk mempercepat melangsungkan pernikahan.

Memang antara cinta dan seks adalah merupakan dua hal yang sesungguhnya terpisah. Tapi kenyataan yang terjadi saat ini justru nyaris tidak ada bedanya sama sekali. Penyimpangan-penyimpangan yang kadang terjadi pada masa pacaran telah merusak citra cinta sebagai istilah yang menggambarkan kasih-sayang, saling setia dan saling melindungi. Namun yang terjadi sesungguhnya justru tercemar oleh perilaku yang mengadopsi dari binatang. Cinta telah banyak ternoda dan sudah sangat kusam tertutup oleh debu-debu birahi yang menjijikan. Ada beberapa perilaku yang menodai cinta sebagaimana yang diungkapkan Abu Al-Ghifari, yakni:

  1. Heteroseksual

Istilah ini identik dengan perzinaan, pelacuran dan ganti-ganti pasangan. Biasanya melakukan hubungan seksual normal yaitu pada lawan jenis, tapi pada prakteknya dilakukan tanpa ada ikatan pernikahan.

  1. Biseksual

Biseksul yaitu orang yang mempunyai karakteristik psikologis dari kedua jenis kelamin. Atau dapat dipahami bahwa kaum biseksual suatu waktu berhubungan badan dengan lawan jenis dan lain waktu berhubungan dengan sejenis. Kelompok ini paling berbahaya, karena berpotensi besar dalam penyebaran penyakit kelamin pada dua jenis.

  1. Homoseksual

Homoseksual adalah istilah untuk menunjukkan gejala-gejala adanya dorongan seksual dan tingkah laku terhadap orang lain dari kelamin sejenis. Secara umum homoseksual juga dipakai untuk menunjukkan ketertarikan seseorang terhadap orang lain yang berkelamin sejenis. Homoseksual pada wanita disebut lesbian dan pada laki-laki disebut gay.

  1. Free Sex/ Free Love

Kelompok free sex menghalalkan segala cara dalam melakukan seks dan tidak terbatas pada kelompok orang. Mereka tidak berpegang pada moralitas atau nilai-nilai manusiawi. Suatu waktu mereka dapat berhubungan seksual dengan orang lain (kumpul kebo) dan di waktu yang lainnya mereka juga bisa saja menggauli keluarganya sendiri baik itu adik, kakak atau keluarga terdekat yang lainnya bahkan mungkin juga orang tua dan anaknya sendiri.

  1. Samen Leven

Perilaku ini yaitu merupakan perilaku hidup bersama atau berkelompok tanpa ada sedikit pun niat untuk melangsungkan pernikahan. Dasar pijakan mereka adalah kepuasan seksual semata, baik secara suka sama suka atau mungkin hanya sekedar memenuhi kebutuhan seksual secara seketika dengan cara yang mudah tanpa ada dasar cinta sama sekali.

  1. Monoseks (onani atau masturbasi)

Menurut seorang psikolog bernama Kensey, bahwa onani merupakan suatu bentuk rangsangan yang dilakukan dengan sengaja pada diri sendiri untuk mendapatkan kepuasan erotik. Rangsangan tersebut tidak hanya bersifat taktil (kaitannya dengan sentuhan atau rabaan), tetapi juga hubungannya dengan psikis. Sementara itu Burt menambahkan bahwa obyek utama rangsangan pada perempuan adalah klitoris sedangkan pada laki-laki adalah penis.

  1. Transeksualisme

Ialah perilaku yang menunjukkan keengganan untuk menerima jenis jenis kelamin yang telah dimiliki, mereka justru menginginkan yang sebaliknya. Banyak laki-laki normal yang tapi ingin berubah jenis kelamin jadi wanita, atau sebaliknya banyak wanita yang normal sebagai wanita tapi menginginkan berubah jenis kelamin jadi laki-laki. Gejala seperti ini jelas-jelas merupakan perilaku menyimpang dan amoral.

  1. Exibiosinisme

Ialah perilaku yang mendapat kepuasan seksual dengan cara menampakkan alat kelaminnya pada orang yang dikenal atau tidak dikenalnya, pada sejenis ataupun berbeda jenis tanpa ada kelanjutan untuk melakukan hubungan seksual langsung. Mereka justru merasa bangga bila kelaminnya diekspos di media massa.

  1. Voyeurisme

Yaitu perilaku yang mendapat kepuasan seksual hanya dengan melihat aurat orang lain yang sedang terbuka atau secara tidak sengaja dibuka. Perilaku ini bisa dilihat langsung misalnya dengan mengintip orang mandi atau lewat film atau gambar porno.

  1. Fethisisme

Adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual hanya dengan memegang, memiliki atau melihat benda-benda atau pakaian yang sering dipakai perempuan, misalkan saja sapu tangan, BH, celana dalam, dsb. Perilaku seperti ini tidak lepas dari keinginan pemuasan seksual yang sesungguhnya (hubungan intim). Namun ada berbagai hal yang menjadi kendala tertentu yang menghalanginya seperti merasa masih terlalu muda, belum nikah atau memiliki norma sehingga takut untuk melakukan hubungan intim di luar nikah. Perilaku seperti ini jelas tidak bermanfaat dan merusak mental.

  1. Sadisme

Maksud sadisme di sini dalam bidang seksual (sadisme seks), yaitu suatu penyimpangan yang merasa mendapatkan kepuasan dengan melukai pasangannya. Sekalipun ia tidak melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya pelaku seks lain. Namun pada dasarnya sadisme merupakan bentuk kejenuhan diri bagi pelakunya itu sendiri yang kemungkinan sebelumnya telah terbiasa melakukan kekerasan selain hubungan seks. Ia merasa hubungan seksnya bukan lagi kepuasan dan yang tersisa adalah sifat sadisnya.

  1. Masokisme

Merupakan perilaku yang sebaliknya dari sadisme, yaitu perilaku menyimpang yang me-rasa mendapatkan kepuasan seksual dengan cara melukai diri sendiri atau meminta dilukai. Perilaku seperti ini memiliki latar belakang yang berbeda dengan sadisme. Kemungkinan juga mereka merasa bersalah karena tidak pernah membahagiakan pasangannya atau pernah merasa berbuat salah dalam bentuk apa saja pada orang yang dicintainya.

  1. Troilisme

Adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual jika aktifitas seksualnya disaksikan orang ketiga atau orang lain yang bersedia dibayar atau suka rela. Gejala penyimpangan seperti tersebut merupakan bentuk kurang percaya diri yang kronis. Ia merasa tidak puas bila saat bersenggama belum ada orang lain yang menilai apakah senggamanya benar atau tidak.

  1. Perkosaan

Merupakan perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual dengan cara memaksa orang lain atau isterinya untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku seperti ini biasanya tidak memperdulikan apakah pasangannya merasa kesakitan, kepuasan, menikmati, atau tidak pada saat berhubungan badan. Pada dasarnya perkosaan bisa terjadi pada orang yang dikenal, saudara atau keluarga dekat, anak, isteri, atau orang yang sama sekali tidak dikenal.

*****

Pacaran yang berada dalam keadaan disadari ataupun tidak disadari dapat menjadikan perasaan cinta yang ada tersebut semakin melambung tinggi, dan di sisi lain akan menjurus pada hubungan intim yang akan semakin merusak makna cinta yang pada dasarnya suci sehingga dapat melemahkan, meruntuhkan, dan menghancurkannya. Hal itulah yang menyebabkan cinta yang pada dasarnya suci menjadi terlarang.

Ibnu al-Qayyim Jauziah berkomentar bahwa, “hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta. Cinta di antara keduanya dapat berakhir dengan sikap saling membenci dan permusuhan. Sebab bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa dari cinta, tidak boleh tidak justru akan dapat menimbulkan keinginan yang lain, yang sebelumnya tidak pernah diperoleh.”

Perlu dipahami betul bagaimana cinta dan hubungan yang kita bangun bersama dengan orang yang kita cintai. Tidak sedikit orang yang terjebak dan menjebakkan diri dalam lingkaran dan kesesatan cinta karena kesalahannya dalam mempersepsikan. Cinta menjadi terlarang dapat disebabkan antara lain:

  1. Adanya cinta lahir dari ketidakjujuran
  2. Cinta yang ada bukan dari ketulusan hatinya dan tidak ingin adanya pengorbanan
  3. Cinta tersebut muncul karena mativasi untuk membalaskan dendam sakit hatinya
  4. Selalu ada kebohongan-kebohongan dan mencari-cari alasan untuk menghindar
  5. Tidak ada arah dan target yang jelas untuk mengakhiri perjalanan cintanya
  6. Selalu berkeinginan bahwa CINTA HARUS MEMILIKI

Maka dalam menjalin cinta diperlukan untuk memiliki prinsip, hal ini diperlukan guna untuk mengantisipasi agar tidak salah. Walaupun pada dasarnya ketika memegang teguh prinsip tersebut bukan berarti menjadi orang yang egois, kejam, tidak punya perasaan, dsb. Yang perlu diingat ialah bahwa dalam masalah seperti ini berprinsip memang diperlukan.

Jatuh cinta itu sama dengan pengendapan rasa, maka dari itu perlu adanya manajemen yang rasa yang baik, yaitu:

  1. Puncak cinta (terhadap lawan jenis) adalah rasa. Dan rasa itu dibangun oleh proses panjang, jatuh dan bangun. Seseorang dapat saja jatuh cinta kepada orang lain yang secara fisik tidak memenuhi kriteria umum karena proses, dan menghasilkan determinasi rasa untuk mencintai dengan cara-cara yang tidak lazim pula.
  2. Cinta adalah hasil ketertarikan pada faktor-faktor fisik semata, dan hasilnya adalah keinginan untuk mengktulisasikan cinta tersebut dalam banyak aktifitas. Membelai, mencium, memeluk dengan erat, dan bisa juga menyayangi. Maka sayang itu sendiri hanyalah salah satu turunan dari cinta itu sendiri. Penjelasan dari kata sayang dapat di picu oleh cinta (ketertarikan secara fisik) ataupun karena rasa itu benar-benar lahir dari apresiasi sikap. Rasa sayang cenderung lebih murni, karena menyayangi tidak harus selalu “mencintai”. Namun “mencintai” pasti pula harus menyayangi.

Adanya penyelewengan terhadap cinta sehingga menjadi haram bisa berawal dari lamanya masa pacaran yang telah dijalani. Pacaran yang seharusnya hanya sekedar sebagai masa untuk saling berkenalan dan menjajaki menjadi disalah pergunakan. Dengan dibumbui bujuk rayuan dari cowok menyebabkan si gadis terpesona. Tidak menutup kemungkinan penggunaan alat-alat kontrasepsi sudah dianggap biasa. Bila kita melihat di negara maju hal itu menjadi keharusan untuk diketahui kegunaannya dan harus menggunakan. Tapi kalau mengetahuinya hanya setengah-setengah maka hal ini jelas-jelas akan dipergunakan untuk penyelewengan serta menyebabkan maraknya arbosi.

Ada 10 hal dasar yang dapat diketahui dalam berpacaran, agar lebih mudah diingat bisa disebut dengan Dasa Sila Pacaran:

  1. Pacaran menghendaki kebahgiaan bersama dalam kemuliaan. Hal ini tentu saja untuk saling berbagi pengalaman, memecahkan persoalan yang sedang dihadapi secara bersama-sama. Dengan saling bertukar pengalaman, saling menuturkan kesulitan yang dihadapi, serta menjadi pendengar yang baik. Di samping itu juga berusaha untuk menghargai orang lain yang dikasihi dan sayangi.
  2. HUS (Hubungan Seks atau Hubungan untuk Suami Isteri), bukanlah menjadi jaminan sebagai tanda cinta. HUS bukanlah tanda kasih sayang, namun justru sebaliknya sebagai keburaman perjalanan cinta yang seharusnya suci. Rayuan gombal dari para cowok sering membuat si gadis terpesona dan pasrah.
  3. Kata “tidak” adalah obat yang paling manjur. Bila tingkah dari cowok sudah mulai menjurus ke arah bagian yang sensitif dari wanita, maka satu-satunya jawaban yang paling tepat ialah “TIDAK”. Bukan menggantinya dengan kata awas, nanti ketahuan nyokap dan bokap, bukan pula jangan di sini. Ingat, sekali tidak, tetap tidak. Tidak memberikan peluang dan menciptakan peluang. Lebih baik PHK (Putus Hubungan Kasih) dari pada menjadi korban kebejatan cowok yang tidak bertanggung jawab. Dan juga untuk yang cewek jangan coba-coba untuk berpenampilan yang mengundang rangsangan cowok.
  4. Hus, belum muncul. Dalam hubungan pacaran membagi pengalaman, membahagiakan bukanlah dengan kata “Hus…”. Hal itu merupakan nomor yang belum muncul tak belum perlu untuk dibicarakan sekarang ini. Masih banyak yang perlu dipelajari.
  5. Pemaksaan merupakan perbuatan yang egois dan tindakan teror. Setiap bentuk pemaksaan diri pada dasarnya adalah perbuatan egois. Hal itu bukanlah merupakan tanda dari rasa cinta dan kasih sayang, juga bukan sebagai tanda menghargai pacar. Memaksa sang pacar untuk menuruti kehendaknya adalah teror yang sama sekali tidak dapat dibenarkan.
  6. Keluarga hendaknya menjadi model contoh yang ideal. Keluarga, lingkungan terdekat adalah contoh yang paling ideal. Bercerminlah pada kehidupan keluarga kamu sendiri. Lihatlah hal yang dapat membawa kebaikan, nilai pendidikan yang dapat mendukung pergulan kamu secara sehat. Bila ada yang kamu rasakan bertentangan dengan hati nurani ujilah dengan membicarakan hal ini pada pasangan maupun keluarga sendiri. Dan hendaknya diusahakan untuk dapat berkomunikasi berkaitan dengan situasi yang dihadapi.
  7. Revolusi seks itu adalah omong kosong. Kalau saja omongan mulai menyinggung serta mencari pembenaran bahwa jaman sekarang berbeda dengan jamannya Siti Nurbaya maka hal itu adalah omongan kosong belaka. Sesungguhnya yang terjadi ialah bhwa revolusi seks tidak pernah ada, dan tidak akan pernah ada. Janganlah pernah merasa ketinggalan jaman alias kuno, dan janganlah pula merasa kurang pergaulan kalau tidak ikut-ikutan dalam revolusi seks yang berwujud dengan free sex dan pergulan tanpa batas-batas moral.
  8. Persamaan hak cewek dan cowok bukanlah dalam Hus. Dasar ini dipakai untuk menangkis serangan gencar yang diplomatis dari para cowok yang inginnya menang sendiri. Adanya anggapan bahwa cowok lebih bebas dan leluasa adalah merupakan tanggapan yang keliru. Seharusnya bagi cewek juga begitu. Hal tersebut sama sekali tidak benar. Bahwa hak cewek dan cowok bukanlah dalam bidang Hus. Bukan soal kebebasan seks saat pacaran. Persaman hak cewek dengan cowok adalah dalam hal menuntup ilmu, mengejar karier, prestasi, serta menentukan pilihan masa depan. Bukan dalam masalah soal Hus.
  9. Kehamilan itu akibat kebablasan. Kehamilan atau kecelakaan hanya dapat terjadi karena Hus. Hendaknya lebih direnungkan lagi, apakah yang demikian yang kau tuju? Inilah yang menyebabkan cinta menjadi terkontaminasi. Dengan kehamilan dimaksudkan juga dengan rangkaian-rangkaian yang ada dan mengikutinya. Memang berpegangan tangan itu tidaklah salah, mencium pipi juga bukanlah dosa. Hanya saja yang dikhawatirkan yaitu akibatnya setelah lama-kelamaan adanya peluang yang dimanfaatkan. Itu akan menjadi langkah terayun kea rah daerah ranjau! Sedetik setelah meraba-raba itulah yang menjadi bahayanya! Maka sebaiknya untuk dihindari. Ingat pula pesan dari Bang Napi di salah satu stasiun TV Swasta, “bahwa kejahatan itu terjadi bukan karena ada niat dari pelakunya, tapi karena adanya kesempatan. Maka waspadalah…waspadalah!”
  10. Pendidikan seks itu mutlak untuk diberikan. Maksudnya di sini ini bukan hanya kursus yang di beri nama pendidikan seks. Melainkan pengetahuan, dari manapun asalnya. Selalu lebih baik untuk mengetahui masalah-masalah mengenai pergaulan yang sehat dan sesuai dengan kaidah-kaidah masyarakat dan agama. Hal tersebut guna untuk menjaga tindakan-tindakan kita. Mengetahui kedewasaan secara biologis, perubahan fisik, akibat terburuk, liku-liku rayuan maut tapi gombal yang menjadi terngiang-ngiang, penyakit kelamin, seharusnya itu semua diketahui.

Dengan memiliki dasar-dasar pengetahuan tersebut Insya Allah dapat membuat kita bisa lebih tenang dan siap menjaga diri. Bukan hanya untuk kedepannya nanti, akan tetapi juga berlaku untuk sekarang. Sungguh saya berharap kepada Anda sang pencari cinta, hendaknya dapat membawa dan membekali diri dengan definisi dan pendekatan yang jelas dan tegas. Hal ini penting sekali guna mengingatkan Anda sebagai seorang remaja tentunya harus memiliki ciri khas dan corak khas idealisme Anda. Agama tidak hanya sebagai sebuh idealisme yang harus ditempa, melainkan menjadi sebuah identitas yang harus dipertahankan sampai kapan pun. Menolak untuk diajak free sex ria merupakan salah satu ciri khas yang harus selalu dipertahankan dengan istiqomah. Artinya yaitu, pilihan ini adalah pilihan yang benar dan baik.

*****

Adapun hubungan intim yang dilakukan semasa pacaran lebih disebabkan atas keinginan kaum lelaki. Lelaki yang diasumsikan secara general lebih aktif, dominan, dan banyak maunya, serta mendorong wanita dengan berbagai cara dan upaya dengan segala usaha tanpa mengenal lelah agar setuju berintim ria. Lama-kelamaan akhirnya gayung pun bersambut, dan wanita dengan segala keparahannya menjadi tersudut untuk membuktikan cintanya dengan menyerahkan “mahkota” keperawanannya yang selama sekian lama selalu dijaga kesuciannya.

Dan perlu ditegaskan lagi bahwa mencintai adalah keinginan untuk selalu memberi, mempersembahkan yang terbaik, menjaga, menghargai pendapat, menjaga kehormatan, dan harga diri daripada orang yang dicintai. Katanya cintanya suci, tapi nyatanya “kehormatan” sang pacar tidak di jaga, malah di ambil sebelum waktunya tiba. Inikah yang namanya cinta suci?

Akibat banyaknya permainan terlarang dalam proses hubungan cinta diakibatkan kesalahan persepsi dan mengkambinghitamkan untuk pelampiasan nafsu semata. Dan ketiga kesalahan besar tersebut ialah:

  1. Perasaan saling memiliki yang terlalu menguasai. Cinta memang rasa saling untuk memiliki tapi bukan untuk menguasai. Sebagai seorang manusia biasa tentu salah satu individu tidak ingin dikuasai, sehingga tidak harus mengikuti rambu-rambu yang dibuat oleh sang pacar. Rasa memiliki yang berlebihan akan berdampak pada kecemburun yang berlebihan pula. Dan akhirnya yang ada bukanlah cinta, justru nafsu amarah yang bersumber dari penyakit hati.
  2. Bercampur dengan keinginan. Cinta yang dicampur dengan rasa ingin menguasai harta, pangkat atau jabatan, kehormatan dari pasangannya. Selain itu pula mereka ingin kaya dari kekayaan kekasihnya atau ingin terhormat dari status sosial kekasihnya. Memang hal itu merupakan manusiawi dan tidak dilarang, namun jika sudah menjadi target dalam bercinta, maka telah bercampur antara cinta itu sendiri dan keinginan. Benarlah bahwa Rasulullah menekankan pentingnya faktor agama untuk mencari calon pasangan hidup, bukan harta, pangkat, atau kecantikkan/ ketampanan.
  3. Bercampurnya dengan limbah egoisme. Karena adanya kedangkalan dan parameter terhadap cinta juga menyebabakan cinta yang ada dalam diri hanya memandang pada arah keduniawiyan saja. Yaitu segala sesuatu hanya bisa diinderakan dan baik menurut parameter inderawi kita. Padahal dari penglihatan mata lahir ini kita tidak dapat melihat wilayah batin. Sehingga selalu menganggap seseorang yang baik dari segi fisiknya (cantik atau tampan) maka secara otomatis baiklah hatinya. Dan pada titik yang masuk dalam kategori parah, kita “memaksa” Allah melalui doa-doa untuk mengabulkan kepemilikan mutlk kepada cinta makhluk yang terlalu kita harapkan. Allah SWT tahu apa yang terbaik bagi umat-Nya.

*****





Cinta Sebagai Pondasi

1 02 2010

Cinta Dalam Artian

Kalau sudah berbicara dengan yang namanya cinta tentu akan banyak sekali definisi yang muncul. Sebab setiap manusia yang hidup dan dapat berfikir secara sehat mempunyai definisi masing-masing tentang cinta. Dan juga akan berbeda pula dengan definisi yang kita miliki. Maka kalau kita tidak dapat menerima perbedaan tentang pendefinisian satu kata tersebut, yaitu “CINTA” tentulah akan dapat menimbulkan konflik. Padahal sebenarnya hal tersebut sangat sepele. Makna tentang cinta dapat kita temui melalui pendengaran maupun bacaan, baik dalam lagu, puisi atau sajak, lukisan dan sebagainya.

Masalah cinta pada bahasan kali ini ialah masalah cinta antar manusia. Dengan mencoba untuk melihat dari perilaku manusia yang sering memaknai bahwa ketika cinta berarti hal tersebut sedang mengincar lawan jenis untuk di“tembak”. Selain itu adanya pikiran bahwa karakter cinta yang dibentuk ialah ketika sudah mulai mendekat berarti statusnya sebagai “pacar”.

Cinta merupakan perasaan suka kepada sesuatu yang menarik hati dan pandangannya, dimana orang yang mempunyai perasaan itu memiliki kehendak untuk berusaha mendapatkan, menguasai, mengikatkan diri dan menjadikannya tergantung kepada sasaran yang menjadi objek, dan hal itu dilakukan dengan segala usaha serta berbagai macam cara untuk mendapatkannya. Bila sudah cinta maka tidak ingin yang dicintainya itu digantikan dengan yang lain. Selain itu adanya kecenderungan untuk selalu berdekatan, mengadakan hubungan lebih mesra, mencari kesempatan untuk dapat membelai, merangkul dan bertemu dengan orang yang dicintai serta selalu merindukannya.

Dapat dikatakan bahwa pendapat seperti itu terlalu sempit atau mungkin hanya merupakan pendapat penulis pribadi. Saya tidak akan menyangkalnya bila dikatakan demikian. Bukankah tadi telah saya katakan bahwa setiap manusia memiliki definisi masing-masing mengenai cinta. Maka dari itulah saya mengajak agar kita semua memiliki pendapat yang sesuai dengan akal sehat serta hati nurani, baik itu bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Memasuki dunia cinta juga tidak pernah ada larangan, agama yang ada di dunia ini pun banyak memberikan ajaran tentang cinta. Tapi melakukan pemerkosaan yang diatasnamakan cinta itu berbahaya dan dapat mengganggu bagi lingkungan serta kehidupan manusia. Coba saja kamu lihat sendiri, orang yang sedang jatuh cinta, apa yang dilakukannya? Dan juga kalaulah ia telah memiliki seseorang yang menjadi tambatan hatinya (istilah populernya pacar), apakah ia melakukan semuanya hanya untuk meraih simpati pasangannya dengan rela tanpa ada hubungan timbal-balik? Dalam hal ini saya tidak ingin menjelaskannya secara mendetail, tapi paling tidak saudara semua dapat menjawabnya. Kalau saya yang menjawab akan dipastikan adanya tumpang tindih pemahaman dan terkesan terlalu memaksakan kehendak.

Dalam diri setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Dan justru yang harus diperhatikan ialah layak atau tidakkah cinta yang kita miliki itu untuk orang lain? Apa sudah tepat bila kita mencintainya? Ataukah hanya karena ingin memperoleh status sosial, ekonomi, memenuhi nafsu syahwat dan sebagainya yang mengarah pada kepuasan yang sifatnya sesaat saja.

Adanya pameo yang mengatakan, “cinta tidak harus saling memiliki”, “cinta adalah pengorbanan”, “cinta tanpa pamrih”, “cinta itu diberi bukan memberi”, dan sebagainya. Ini mungkin bisa menjadi renungan tersendiri bagi kita semua yang sering terjebak sehingga membuat keadaan jiwa jatuh pada ketidakstabilan. Ada benarnya juga bahwa cinta merupakan suatu perasaan yang sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata. Ia hanya bisa dinikmati oleh mereka yang akan, sedang, dan pernah mengalaminya.

Memahami masalah cinta, apalagi dalam hal ini ialah mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Sebab bila tidak ada rasa cinta dan perdamaian dalam kehidupan kita maka dunia tempat kita berpijak juga tidak akan rukun dan hanya dikuasai rasa permusuhan dan prasangka buruk. Sebab dalam cinta, mampu untuk memberikan motivasi yang membangun bagi manusia. Tidak akan ada lagi suatu rasa yang dapat memotivasi selain rasa cinta dan bahagia. Cinta diibaratkan cahaya, bukan pencetus masalah dan pembawa derita. Tidak akan ada alasan dan kata-kata yang dapat diberikan kepada orang yang tidak pernah mengalami jatuh cinta, yang dapat melukiskan tentang pengalaman cintanya. Dan pengalaman cinta itu bersifat kasih sayang dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan, kepuasan, kebanggaan bahkan perasaan yang meluap.

Jika suatu saat kamu dirundung kegelapan, maka kamu akan tahu arti dari gemerlap cahaya. Ketika pada suatu saat kamu menderita sakit, maka kamu akan mengerti nilai dari sehat itu. Ketika suatu saat kamu terjebak dalam kekurangan, maka kamu akan mengerti akan harga yang cukup. Dan ketika kamu pernah mengalami sesuatu yang membuat kamu terkesan bodoh, maka tentunya kamu akan dapat mengetahui betapa indahnya akan kelebihan atau kepandaian, dan seterusnya. Jadi apakah itu gelap atau terangnya cahaya, duka atau suka cita, miskin atau kaya, derita atau bahagia. Itu semua adalah anugerah yang diberikan untuk memahami cinta.

Disamping itu juga ada apologi yang menyatakan: “beginilah cinta, deritanya tiada akhir…” Dari apologi seperti itu ada pertanyaan yang muncul dalam benak hati saya, “siapakah yang tidak mau mengakhirinya?” Bila kita dapat memposisikan cinta itu sesuai dengan porsinya, tentulah bukan derita yang didapat. Namun bila cinta itu diletakkan pada posisi yang belum tepat, maka tidak menutup kemungkinan apologi tersebut tetap akan melekat dalam jangka waktu yang bisa dikatakan lama. Apakah kalau apologi itu dibalik tidak bisa? Sekali lagi menurut saya pribadi hal itu bisa saja. Sekarang kalaulah kita mencoba untuk meletakkan cinta yang kita miliki itu pada posisi dan sasaran yang sesuai, maka tidak menutup kemungkinan apologi itu dapat berbalik menjadi, “Beginilah akhir dari cinta, tiada derita akhirnya…”

Memang selama ini dari berbagai macam cerita yang berkembang dalam masyarakat seperti kisah Kahlil Gibran dan Selman al-Karimi, Siti Nurbaya dengan Samsul Bahri, Romeo dan Juliet, Ramayana dan Dewi Sinta, dan sebagainya tentu mempunyai babak akhir yang menyakitkan. Jadi marilah kita mencoba untuk mengakhiri cinta yang ada mempunyai akhir yang indah dan bahagia dalam dataran pandangan kita sendiri. Dalam bagian ini saya memang sengaja untuk tidak mengungkapkan keumuman dari cinta secara berlebihan. Karena setiap kita tentu mempunyai cerita dan pendapat sendiri-sendiri. Untuk adanya keinginan agar kita semua dapat saling berbagi dalam hal cinta dan sayang serta persahabatan.

Pengalaman cinta itu terdiri dari kelembutan akan perhatian serta kasih sayang dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan, kepuasan, kebanggan bahkan perasaanyang meluap-luap bila segala sesuatu dapat berjalan dengan lancar.

*****





26 01 2010

UNTUK_KITA_RENUNGKAN





Manusia Diciptakan Berpasang-Pasangan

24 01 2010

Berkaitan dengan masalah bahasan di bagian ini ialah masalah pasangan. Kalau bicara masalah pasangan, tentu berkaitan dengan siapakah pendamping hidup kita nanti. Dan juga tidak lepas dari kata “jodoh”. Sudah menjadi kodrat dari Allah SWT yang telah menciptakan manusia atas dua jenis kelamin, yaitu pria dan wanita. Hal ini merupakan bukti dari kekuasaan dan kasih sayang-Nya, bahwa jenis yang satu memiliki ketertarikan, keinginan dan perasaan sayang terhadap jenis yang lain.

Dan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini dengan beraneka ragam suku bangsa, bahasa, dan bentuk fisik. Tapi keragaman itu dimaksudkan bukan untuk menegaskan kelebihan yang satu dengan lainnya. Justru dengan adanya hal yang demikian itulah agar antar kelompok atau jenis dapat menjalin kesatuan dalam misi yang sama sebagai hamba dan khalifah-Nya. Itulah sebabnya ayat Al-Qur’an yang menegaskan hal ini di tutup dengan tujuan keragaman jenis manusia itu dengan sebuah kalimat yang indah –“lita’arafu” – agar saling kenal dan akrab.

Dalam Al-Qur’an disebutkan:

“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat: 49)

Di lain ayat disebutkan pula:

“Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin36).

Allah memang menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini saling berpasang-pasangan. Ada langit ada bumi, ada siang ada malam, ada kanan ada kiri, ada atas ada bawah, dan ada laki-laki ada perempuan. Perjodohan manusia dengan manusia merupakan hal yang sangat terhormat dan disebut dengan NIKAH, karena disertai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh agama. Dengan memenuhi syarat dan rukunnya itu manusia dapat mencapai kebahagiaan hidup berumah tangga yang sebaik-baiknya dan juga terhormat.

Allah SWT berfirman:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (QS. An Nisaa’: 1)

Sejak seseorang beranjak usia remaja, munculnya perasaan rindu dan hasrat untuk hidup bersama dengan lawan jenisnya semakin mendesak dan menjadi pemikiran serta sumber kegiatan dalam kehidupan setiap manusia. Tidak selamanya dan semuanya mampu memenuhi hajat hidup pernikahan sebagaimana mestinya. Walaupun proses seperti ini bersifat individual, tapi pada dasarnya uiniversal. Karena adanya berbagai macam sebab dan keadaan yang menjadi penghalang untuk dapat sesegera mungkin mewujudkan sebuah rumah tangga yang diimpi-impikan. Misalnya saja: faktor ekonomi, fisik maupun sosial bahkan tidak jarang pula psikis dijadikan dan menjadi sebab tertundanya harapan menjadi sebuah kenyataan yang membahagiakan.

Menurut saya adapun hikmah dari perjodohan ialah untuk lebih mendekatkan pada arah pernikahan. Hal ini bukan berarti kembali pada jamannya Siti Nurbaya. Tapi kalau sudah memiliki calon pilihannya sendiri dan sudah mantap dengan pilihannya, ya silahkan untuk dilanjutkan dengan membangun komitmen untuk segera menikah.

Memang beralasan dan dapat diterima akal sehat bila seseorang menunda pernikahannya disebabkan faktor ekonomi sehingga merasa tidak mampu memenuhi nafkah dan kewajiban dalam keluarganya kelak. Adanya anggapan sosial yang berkaitan dengan faktor keturunan dan kemuliaan dapat menyebabkan seseorang yang menaruh hati tersebut menjadi terhalang dan musnahlah harapannya. Selain itu juga masalah psikis tidak dapat dihindarkan, sehingga ada yang nekad dan beranggapan bahwa membujang adalah jalan yang terbaik. Orang yang terlalu idealis dapat dipastikan akan mengalami kesukaran dalam menemukan dan menentukan jodohnya. Sebab menurutnya tidak ada seorang pun yang cocok dan sesuai dengan kriteria dan ukuran serta nilai-nilai yang selalu menjadi idamannya setiap siang maupun malam. Ada saja sesuatu yang kurang dan mengurangi hasratnya walaupun pembicaraan dan langkah-langkah pendekatan sudah di tempuh, namun terpaksa dibatalkan karena tidak sesuai dengan selera dan keinginan.

Salah satu tujuan pernikahan ialah untuk memperoleh keturunan dan kesucian diri, baik lahiriyah maupun batiniyah. Dan kesucian diri itu antara lain dengan menjaga dan memelihara kehormatan. Hal tersebut juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh keberuntungan dan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu tercapainya tujuan pernikahan juga sangat ditentukan oleh proses sebelum pernikahan itu dilaksanakan yaitu saat memilih jodoh.

Dalam memilih jodoh hendaklah yang “sekufu” artinya bahwa kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, pendidikan, kedewasaan dan pengalaman hidup beragama hendaklah ada kesetaraan atau kesejajaran. Meskipun disadari sepenuhnya bahwa untuk mendapatkan pasangan yang seperti itu bukanlah merupakan hal yang mudah, mengingat masih besarnya kesenjangan dan jurang pemisah yang ada dalam masyarakat. Dan sampai sekarang banyak yang masih menganggap bahwa harta adalah prioritas utama.

Allah SWT berfirman:

“Dan kawinkanlah siapa saja di antara kamu yang masih bujangan, baik pria maupun wanita, atau siapa saja di antara hamba sahayamu baik pria atau wanita yang sudah sepatutnya dikawinkan. Jika mereka dalam kemelaratan,         Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kemurahan-Nya. Allah Maha luas pemberiannya lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32)

Ayat di atas merupakan anjuran agar faktor ekonomi tidak dijadikan alasan. Standardisasi perkawinan hanyalah kesucian, kepatuhan dan ketakwaan. Itulah nilai manusia Muslim. Alangkah pentingnya hidup dalam ikatan pernikahan dan kewajiban untuk membentuk keluarga bagi yang telah sampai pada saatnya dan cukup persyaratannya, serta menyadari bencana yang akan menimpa bila mengabaikannya.