Menjaga Pergaulan, Menjaga Diri

28 02 2010

Mau Gaul or Eksploitasi…

Bagi mereka aktivis gender tentu akan melawan judul seperti ini. Mengapa wanita yang menjadi bahan sorotan? Lalu bagaimana dengan para lelaki yang juga memanfaatkan hal seperti ini? Dalam era global sekarang ini banyak kaum wanita yang ikut berperan aktif, bahkan tidak sedikit pula yang menduduki posisi-posisi penting dalam suatu jabatan baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Kalau kita sering menyaksikan televisi, membaca koran dan majalah, ada yang membuat kita prihatin. Sebab setiap harinya media-media massa tersebut selalu dijejali tayangan-tayangan modeling, peragawati, bintang film, penyanyi dan penari yang hot (semi porno). Dan iklan-iklan yang disodorkan pada masyarakat kita selama ini selalu saja yang menjadi objeknya adalah wanita. Selain itu sekarang ini banyak juga menjamur acara-acara yang memberikan hiburan untuk melihat kontes-kontes wanita-wanita dengan segala lenggak-lenggoknya dan kemolekkan tubuhnya. Begitu pula halnya acara Take Me Out Indonesia yang menyodorkan wanita-wanita cantik dengan model pakaian yang sering menonjolkan auratnya. Artinya, dalam berpakaian seperti kekurangan bahan, malah ada yang terang-terangan melepaskan pakaian menampakkan bagian-bagian tubuh yang sensual (auratnya), kalau di sautu situs internet dan di panggung pertunjukkan dalam hotel ada yang berani tampil bugil. Dan uniknya lagi, mereka tidak merasa bahwa perilakunya akan mendidik masyarakat untuk berlaku bejat. Entengnya lagi mengaku-ngaku sebagai pejuang dan pembela negara (bangsa).

Selain itu dunia artis wanita yang rentan untuk menuju pada kehidupan yang tentram atau atau pun sedang bergejolak. Perilaku negatif yang kadang diambil sebagian artis adalah suka berganti pacar bahkan suami, berita selingkuh atau zina. Mereka tidak malu memamerkan bentuk tubuhnya di depan umum, padahal itu semestinya menjadi rahasia dalam negeri mereka. Pernah saya melihat tayangan komersil yang mengekspose salah satu artis wanita. Dengan bangga ia mengatakan, “kenapa harus menutup-nutupi kalau tubuh saya seksi”. Padahal artis tersebut telah bersuami dan memiliki anak.

Sungguh hal itu merupakan profil wanita-wanita yang mengakui kondisi mereka sebenarnya. Bahkan mengeksplotasi demi kepentingannya sendiri. Seluruh tubuhnya yang merupakan aset berharga didayagunakan sedemikian rupa sehingga menjadi alat ukur untuk bisa menguasai nafsu para lelaki. Karena secara seksiologi dan fisiologis telah menjadi hukum alam, bahwa wanita yang mempertontonkan perhiasannyalah sebagai faktor utama menumbuhkan daya tarik seksual pada lawan jenisnya. Dan yang menjadi referensi standarnya ialah para bintang layar kaca dan layar perak. Dengan pola perilakunya yang seperti itu telah sukses membius secara massal syahwat kaum pria.

Malah terkadang para ibu juga mengeluh dan merasa kesulitan memiliki anak perempuan. Yah hal itu memang terkadang tidak pernah disadari apakah anak-anak perempuan mereka mencontoh apa yang mereka lihat dari media massa ataukah penampilan ibunya. Sebab ada banyak ibu yang tidak berpenampilan seperti artis. Dan keluhan dari para ibu tidaklah keliru. Bagaimanapun juga, sifat wanita yang suka keindahan memang menuntut banyak hal.

Sudah fitrahnya wanita suka keindahan, namun bukan berarti hal tersebut menjadi pembenar atas semua keindahan atas tindakannya. Tabiatnya itu sudah disinggung dalam firman Allah, “Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan…” (QS. Az-Zukhruf: 18) para ulama berpendapat bahwa: “Orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan” dalam ayat di atas adalah kaum wanita.

Bahkan terkadang ada orang tua yang ikut ambil bagian dan memberikan dorongan kepada anaknya agar mengikuti perlombaan-perlombaan yang mempertontonkan kecantikan dan keindahan tubuhnya. Tidaklah salah bila Islam menggambarkan wanita sebagai tiang negara. Sebab kata-kata manis dan penampilan mereka mampu mengubah keadaan dunia 180 derajat. Apalagi bila pria telah bertekuk lutut dihadapannya.

Allah swt. memberikan pelajaran bagi para wanita agar berbicara tegas, yang timbul dari jiwa yang jujur dan tahu akan harga dirinya.

“Maka janganlah kamu berkata lemah-lembut, sehingga timbul keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik (tegas).” (QS. Al-Ahzab: 32)

Selain itu berkurangnya rasa malu seorang wanita juga terlihat dari keikutsertaannya untuk ambil bagian menanam saham kebatilan di bidang sandang. Mode-mode pakaian yang dipakai ke tubuhnya sudah sangat minim sekali. Berpakaian tapi seolah-olah seperti telanjang. Justru lowongan seperti itu membuka peluang usaha bagi para perancang busana. Bertolak belakang memang dengan para muslimah yang telah mampu menemukan jati dirinya. Sebab mereka akan semakin membungkus dirinya dari pandangan laki-laki yang bukan menjadi haknya. Jika kesadaran untuk memakai jilbab karena mode yang baru ngetop, itu keliru. Banyak juga sekarang bertebaran variasi-variasi jilbab. Bahkan ada yang mengatakan sebagai jilbab musim panas, jilbab Britney Spears, dll.

Islam merupakan agama yang arif dan bijaksana, seorang muslimah boleh mengenakan pakaian apapun yang disenanginya dihadapan anggota keluarganya atau di antara teman-teman wanitanya. Tapi, apabila ia keluar rumah atau ada pria lain selain anggota keluarganya maka ia diwajibkan mengenakan pakaian yang menutupi auratnya dan tidak boleh memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Mengenai masalah yang berkaitan dengan mempertontonkan kecantikan, ada beberapa poin:

  1. Kesopanan bukan merupakan masalah adat atau tradisi yang memungkinkan  untuk diambil, ditolak atau dikembangkan. Tapi hal itu merupakan perintah Allah swt. dan fitrah manusia secara umum. Yang menjadi alasan ialah ketika Adam dan Hawa menyalahi perintah Allah maka tersingkaplah aurat keduanya dan mereka pun merasa malu karena hal tersebut. Dan mereka pun langsung menutupi auratnya dengan daun-daun yang ada di sekitarnya.
  2. Kaum Yahudi dan lainnya adalah musuh-mush Islam. Mereka telah menyebarkan gerakan untuk memamerkan aurat. Mereka berdiri di belakang semua ini dengan membuat sebuah propaganda, memperindah serta mempublikasikan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan peradaban dan kemajuan jaman yang sebenarnya. Dan menggambarkan jilbab serta kesopanan sebagai sesuatu yang konservatif dan menyulitkan.
  3. Ada anggapan sebagian remaja putri bahwa jilbab itu terkadang dapat melepaskan dan memperlambat datangnya pinangan. Hal ini merupakan bisikan setan, karena perintah Allah tidak dapat dikaitkan dengan perkawinan ataupun yang lainnya. Ada juga seorang pemuda yang lebih memilih berhubungan dengan perempuan religius, walaupun di antara mereka ada yang kehilangan fitrahnya dengan memilih perempuan yang tidak berjilbab dan membanggakannya.
  4. Busana muslimah hendaknya yang menutup seluruh anggota tubuh selain wajah dan kedua telapak tangan, tidak ketat, tidak transparan, tidak menimbulkan fitnah bagi dirinya dengan warna-warna yang mencolok dan tidak seperti yang dipakai oleh orang-orang kafir.
  5. Rasulullah saw. telah memberikan peringatan tentang pelanggaran dan menerangkan dampak yang ditimbulkan dari cara berpakaian: “Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat (siksanya seperti tiu); satu golongan yang bercambuk sepeti ekor sapi yang dijadikan cambuk untuk memukul orang lain (pemimpin yang dzalim), dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak-lenggok seperti goyangan punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak mendapat wanginya, padahal wangi surga dapat tercium jauh sekali.” (HR. Muslim).
  6. Akibat yang ditimbulkan dari cara seperti itu akan semakin kompleksnya pelanggaran dalam dirinya, karena menggoda dan merangsang kaum lelaki serta pelanggaran karena mengekspose aurat, juga berpindah kepada orang lain karena telah menirunya.
  7. Islam merupakan agama yang menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Anda tidak dapat menjadi seorang muslimah jika hanya mengerjakan shalat, puasa, dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Lalu tunduk kepada selain Allah dalam suruhan berpakaian kemudian menjadikan anda sebagai boneka dan penggoda dan anda pun tunduk kepada hawa nafsu anda sendiri.
  8. Jilbab dan kehormatan bukan hanya masalah formalitas atau penutup tubuh yang tampak saja, tapi lebih merupakan perbuatan iffah dan perasaan malu di dalam diri yang diekspresikan dalam perilaku.
  9. Adanya kelemahan diri yang berkaitan dengan ajakan-ajakan ke arah keburukan dan berusaha untuk menganggap remeh rasa kesopanan dan orang-orang yang sopan lalu menggambarkan hal tersebut dengan gambaran yang tercela dan bahan tertawaan, serta melukiskan perbuatan memamerkan kecantikan dan pelakunya sebagai contoh keindahan, kemodernan, keistimewaan dll. Allah swt. berfirman; “Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kami orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).

10.  Biar terlihat adil dijelaskan pula bahwa terkadang ada di antara pemuda yang suka menggoda perempuan yang ditujukan lewat mode pakaian, puisi rayuan, handphone, kendaraan yang dipakai –mobil atau motor-, dll. Maka kepada para pemuda, hendaklah menjauhi segala perilaku bebas, menyerupai wanita dengan memamerkan apa yang dimiliki, bersensasi dalam hal yang tercela dan sombong hingga mengasingkan orang yang tidak memiliki apa-apa dan menggoda para wanita yang tertarik dengan kekayaan yang tampak.

Memang terkadang pergaulan juga dapat merubah seseorang dalam hal penampilan. Dan hal itu sering terjadi tanpa disadari. Karena untuk mengimbangi kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang memang seperti itu, terutama dalam hal penampilan. Dapat dikatakan memang suatu yang wajar, karena berbagai macam latar belakang dan keluarga yang berbeda-beda tentu juga akan memandang dari berbagai macam segi. Selain itu juga adanya rasa rendah diri bisa menjadi faktor yang seringkali muncul dari dalam diri.

Apabila mau dan mampu –paling tidak dalam hal berpakaian- akan banyak hikmah yang didapatkan. Pertama, akan mudah untuk dikenali sebagai muslimah. Sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Ahzab: 59. Kedua, mencegah terjadinya pelecehan seksual yang sanagt merendahkan kaum wanita. Ketiga, dapat mewujudkan tertatanya etika dari tatanan moral masyarakat. Keempat, mamapu mewujudkan harga diri Islam. Ingat apa yang dikatakan oleh Bang Napi, “kejahatan bukan karena ada niat dari pelakunya, tapi karena ada kesempatan. Maka, waspadalah…waspadalah!”

Islam tidak akan mengesampingkan wanita dalam membangun nilai-nilai peradaban dunia. Tapi justru Islam menjunjung tinggi hal itu. Hal ini dibuktikan dengan memberikan kedudukan yang tidak akan ditemui dalam ajaran agama manapun, doktrin dan ideologi yang bagaimanapun. Adapun ketinggian dari kedudukan itu tersajikan sebagai berikut:

  1. Sebagai ibu bagi anak-anaknya.

“Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang tua yaitu ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu –ibu bapak, hanya kepada-Kulah temapt kembalimu.” QS. Luqman: 14)

Rasulullah saw. bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki kaum ibu.”

Seorang wanita harusnya bersedia dan bangga menjadi ibu. Walaupun dewasa ini ada sekelompok wanita yang menganut faham Feminisme menolak kodaratnya sebagai seorang ibu. Mereka juga menganggap bahwa perkawinan dan melahirkan anak sebagai suatu beban yang akan menghambat karier yang merupakan lambang dari kekalahan wanita terhadap lelaki. Anak dianggap sebagai beban ekonomi dan mengurus anak sebagai penyita waktu untuk bersaing dengan kaum lelaki.

  1. Sebagai istri dari suaminya

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambilkembali sebagian dari apa yang telah kamu berukan padanya, terkecuali merekamelakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaian yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19)

Rasulullah saw. bersabda, “Mukmin yang sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antar kalian ialah yang sebaik-baiknya terhadap istrinya.” (HR. Ahmad dari Turmudzi)

Sekarang ini dalam hal mencari nafkah wanita turut ikut ambil bagian didalamnya. Islam sendiri memberikan kewajiban mencari nafkah pada kaum lelaki. Sedangkan wanita -jangankan wajib- sunnatpun tida. Baik dalam al-Qur’an maupun hadis, memberi petunjuk bahwa medan jihad seorang ibu adalah di dalam rumah tangga. Memang sulit dicapai kesepakatan di masa sekarang ini, bahwa seorang wanita bermarkas di rumah.

Pendidikan yang mereka peroleh dan pergaulan yang mereka jalani selama ini mendorong mereka untuk bergerak di luar rumah. Dan bisa saja dengan keberadaan ibu di rumah tetap bisa menuntut ilmu dan memberikannya kepada anggota keluarganya. Jadi, jangan di kira ketika menjadi seorang ibu di dalam rumah tangga maka tidak akan dapat menambah ilmu dan pengetahuannya. Jadikanlah rumah sebagai tempat untuk menggali ilmu dan ladang amal yang kelak akan kita peroleh hasilnya. Jangan berpikiran rumah sebagai tempat untuk membelenggu kreatifitas dalam berkarya.

  1. Melindungi kehormatan dan kesucian dirinya

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 4)

Wanita yang baik, biarpun belum menikah akan menjaga kehormatan dan kesuciannya. Apalagi kalau sudah menikah ketika suaminya tidak ada di rumah maka ia akan menjaga keutuhan rumah tangga serta kehormatannya baik di dalam maupun di luar rumah. Ia tidak akan keluar meninggalkan rumah jika tanpa ada izin dari suaminya.

  1. Sebagai ahli waris dari harta peninggalan ibu-bapaknya

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapaknya, dan bagi orang wanita ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu-bapaknya dan kerabatnya…” (QS. An-Nisa: 7)

Seperti halnya laki-laki maka perempuan juga memiliki hak yang sama dalam penerimaan warisan dari ibu-bapaknya. Di sini ada kesamaan hak dalam penerimaan warisan. Bukan hanya laki-laki saja yang berhak menerimanya, walaupun haknya itu 2/3 dari jumlah harta warisan yang ada.

  1. Sebagai hamba Rabb-nya

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah,laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut asma Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)

Setiap makhluk yang hidup di dunia ini akan menyandang predikat sebagai hamba dari yang menciptakan yaitu Allah swt. Sebagai seorang hamba tentunya kita juga memiliki kewajiban untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan pada kita selama berada di dunia ini. Dan dalam melakukan penyembahan kepada-Nya tidak memandang jenis kelamin, agama, umur dll. Sebab setiap keyakinan memiliki jalannya sendiri untuk memberikan penghormatan pada-Nya. Tidak ada perbedaan sebagai seorang hamba di mata Yang Maha Pencipta hanya amalan dan ketakwaanlah yang menjadi referensi untuk mengukur segala apa yang dilakukan dalam kehidupan di duni ini.

*****

Menjaga Diri Dengan Cinta

Bila berbicara masalah pergaulan tidak bisa tidak tentu hal tersebut berkaitan dengan yang namanya tingkah laku, perilaku, dan akhlak mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebijakannya dalam menyelesaikannya juga. Maka di sini ada keterkaitan bagaimana pergaulan tersebut dengan cara mereka dalam menjaga dirinya. Dan yang pasti bagaimana moral mereka dalam menghadapi cinta kaitannya dengan kegiatan-kegiatannya selama masa cinta yang berlangsung dalam jangka waktu yang mereka sendiri menentukannya. Jelasnya mengenai apa saja yang selalu muncul di antara mereka dalam hubungannya dibalik panggung cinta!

Dan mengapa remaja yang dijadikan objeknya? Saya melihat pada masa remaja merupakan masa yang rawan dan dekat dengan pengaruh-pengaruh positif maupun negatif dalam pergaulannya. Selain itu juga masa ini lebih dipenuhi oleh mimpi-mimpi dan lamunan yang indah mengenai hubungan dengan lawan jenis dan cinta. Kalau melihat definisi yang diberikan George Lavinger, bahwa remaja adalah masa di mana mulai mengenal untuk berhubungan dengan lawan jenis, dan peristiwa ini ditandai dengan adanya perhatian yang lebih pada penampilan fisik.

Terjadinya pergaulan yang bebas antar lawan jenis merupakan pergaulan yang menunjukkan pada sikap dan perilaku yang mengarah pada sexual permissiveness. Dan hal seperti itu dapat terlihat dari adanya kontak fisik dalam berpacaran, bahkan mungkin bukan dalam pacaran saja. Tapi bisa juga statusnya hanya sebagai teman tapi mesra.

Adanya hubungan yang berkaitan dengan pergaulan tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan tugas dari perkembangan remaja yang harus dicapai. Sebagaimana Robert Y. Havighurst mengungkapkan ada sepuluh tugas pada masa perkembangan remaja yang diantaranya;

  1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman-teman sebaya, baik itu sejenis ataupun berlawanan jenis.
  2. Mampu menjalankan peran sosialnya sesuai dengan jenis kelamin masing-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan norma-norma dalam masyarakat.
  3. Mau menerima kenyataan jasmaniahnya serta mempergunakannya seefektif mungkin.
  4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang yang lebih dewasa daripadanya.
  5. Mencapai kebebasan ekonomi dan memiliki kesanggupan untuk hidup berdasarkan usahanya sendiri.
  6. Memilih serta mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
  7. Mempersiapkan diri ke arah pernikahan.
  8. Mengembangkan ilmu yang dimiliki atau kecakapan intelektualnya dikembangkan semaksimal mungkin.
  9. Memperlihatkan tingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan kepada lingkungan masyarakat.

10.  Memperoleh norma-norma sebagai pedoman dalam bertindak dan mampu melihat pandangan dari kehidupannya.

Memang harus diakui bahwa masa muda merupakan masa yang paling rawan dan identik dengan hal-hal yang berbau seks. Perilaku seksual remaja  sudah sangat kompleks. Mungkin sudah ratusan hasil penelitian dan tulisan di berbagai surat kabar yang telah dipublikasikan secara terbuka. Dan kita juga tidak bisa hanya memandang sebelah mata tentang masalah ini. Selain itu memang setiap tontonan yang diberikan oleh media-media yang ada juga menjadi pemicu komoditas pergaulan bebas dan adegan-adegan yang vulgar.

Bila sudah berhubungan dengan yang namanya seks tentu hal ini tidak bisa dilepaskan dari keikutsertaan keluarga terutama orang tua dalam memberikan pengetahuan tentang seks. Survei oleh WHO yang dikutip dr. Boyke tentang pendidikan seks membuktikan bahwa pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks sembarangan, yang berarti pula mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks bebas. Pendidikan seks yang benar juga harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia (HAM), nilai-nilai kultural dan agama.

Pergaulan bebas dapat memancing laki-laki untuk berbuat sesuka hatinya dan membuat wanita melawan harkat dan martabatnya. Karena maraknya pergaulan bebas, maka akhirnya anak yang tidak diharapkan kelahirannya di luar nikah akan meningkat. Dan hal ini merupakan malapetaka besar yang melanda kaum perempuan. Dengan adanya pola kehidupan yang seperti ini akan mengakibatkan menurunnya angka pernikahan dan meningkatnya kecenderungan untuk hidup membujang.

Pergaulan seperti itu sama sekali tidak memberikan dampak yang baik bagi siapa saja. Sebab biasanya fenomena yang muncul dari obrolan santai antara laki-laki dan perempuan tidak lain hanyalah hal-hal yang justru bersifat melecehkan dan merendahkan kehormatan kaum perempuan. Kenyataan yang ada dari fenomena pergaulan bebas justru menjatuhkan kehormatan perempuan. Padahal agama Islam adalah agama yang menempatkan perempuan sesuai dengan kedudukannya yang terhormat sebagai seorang ibu, istri maupun sebagai anak perempuan yang senantiasa di jaga kehormatannya.

Pada orang-orang yang mendalami ilmu psikologi terutama mazhab Freudianisme, mempunyai anggapan bahwa salah satu strategi untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari pengekangan seksual adalah dengan cara membiarkan kaum laki-laki dan perempuan bergaul dengan sebebas-bebasnya dan membiarkan kaum perempuannya untuk berpenampilan dengan pakaian terbuka dan minim juga ekstra ketat.

Perlakuan yang bebas tentu saja berhubungan dengan adanya pengatasnamaan cinta yang sering dilakukan oleh para aktivisnya. Mereka ingin mendapatkan yang belum diperbolehkan oleh agama. Tapi –dasar laki-laki- dengan rayuan gombal dan kata-kata manisnya, maka ia pun akan berusaha membujuk sang wanita untuk mau memenuhi permintaan laki-lakinya. Sekali lagi semua itu dengan dalih bukti cinta dari orang yang dicintainya.

Dari situlah akan memacu munculnya pertanyaan, apakah cinta itu halal atau haram! Memang kalau kita mau melihatnya secara diplomatis tentu jawaban yang ada yaitu bahwa cinta yang halal itu adalah halal dan cinta yang haram itu adalah haram. Cinta yang halal itu diantaranya ialah cinta seorang lelaki kepada istrinya atau seorang wanita kepada suaminya dan cintanya seorang lelaki kepada perempuan yang ia lamar atau seorang wanita kepada lelaki yang melamarnya. Adapun cinta yang haram yaitu cintanya seorang lelaki kepada wanita yang bukan istrinya ataupun seorang wanita kepada lelaki yang bukan suaminya.

Maka kecenderungan hati antara sepasang pemuda dan pemudi yang dilakukan tanpa ikatan, maka hal itu tiada artinya karena tidak adanya suatu kelanjutan. Bahwa sesungguhnya orang yang licik dan munafik tidak memiliki tujuan kecuali hanya untuk memuaskan syahwatnya saja demi mencapai tujuan tercela di bawah naungan cinta dengan segala makna yang mengandung nilai-nilai kesusastraan yang indah dan menarik di dalamnya.

Kepada para pemuda –apalagi remaja putri- hendaknya waspada terhadap berbagai macam jebakan dan rayuan yang sering disebut dengan ‘cinta murni’ yang selalu tersuguhkan dihadapan mereka. Itulah perangkap dimana orang yang jatuh ke dalamnya tidak mungkin dapat terselamatkan. Orang-orang yang belum pernah bercinta harus lebih berhati-hati daripada yang lainnya, sebab mereka masih lugu dan belum tahu tentang kasih dan cinta yang dusta apalagi pemerkosaan yang berkedok atas nama cinta.

Sebenarnya benih cinta itu jauh berbeda dengan benih-benih tanaman. Benih cinta memiliki kecenderungan tumbuh dan berbuat lebih cepat. Dan berbahaya bila sampai tergelincir ke dalam arus cinta palsu yang merugikan, karena mengancam perkembangan cinta remaja itu sendiri. Tidak ada salahnya bila dalam hal ini orang tua juga ikut ambil bagian untuk mengingatkan anak-anaknya dari bahaya memahami cinta dan menyelamatkan dari keterlanjuran.

Jala-jala cinta di luar perkawinan telah mampu meninabobokkan dan memberikan mimpi-mimpi indah bagi seseorang dalam tali asmara yang bergejolak untuk mendekati keintiman dan syahduan. Hingga cinta buta jadi mahar yang menghalalkan hubungan bersetubuh dari kisah cinta dua sejoli. Seharusnya pergaulan itu didasari dengan sikap saling menghargai dan menghormati antara pria dan wanita. Jangan sampai mengeksploitasi wanita hanya mengatasnamakan cinta. Lelaki harusnya mampu untuk menjadi pelindung dan menjaga kehormatan wanita yang menjadi kekasihnya.

Adanya rasa tega dari manusia untuk melakukan hal-hal yang menentang kebudayaan karena sudah tidak ada lagi rasa malu yang tersimpan dalam diri mereka. Terkadang mereka bangga dengan perbuatan yang dilakukan, bahkan justru mempublikasikannya  kepada masyarakat luas. Karena sudah tidak adanya rasa malu menjadikan manusia bebas untuk berbuat apa saja tanpa perlu adanya tameng yang digunakan.

Memang rasa malu merupakan hal yang baik dan bagian dari agama secara keseluruhan. Rasa malu hanya membawa pada kebaikan, karena rasa malu adalah satu watak yang mendorong pemiliknya untuk meninggalkan keburukan serta keteledoran hak orang lain. Ibnu Mas’ud meriwayatkan dari Uqbah bin Amarah al-Anshari bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

“Sesungguhnya termasuk salah satu kalam (ucapan kenabian masa-masa awal) adalah bila kamu tidak malu maka lakukan apa yang kamu mau.” (HR. Bukhari).

Menurut Imam al-Hulaimi pengertian yang bisa diambil dari hadis tersebut ialah bahwa kehilangan rasa malu menjadikan seseorang lepas kontrol, yang pada akhirnya membawa dirinya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengandung efek negatif. Hal ini juga karena sudah tidak ada sesuatu yang paling ampuh bagi orang-orang baik dalam mencegah keburukan, kecuali takut akan kehinaan dan celaan. Bila tidak melakukan sesuatu karena merasa malu silahkan untuk melakukannya atau hal lain yang tidak menjadikan diri terbelenggu oleh rasa malu yang dimiliki.

Apalagi dengan adanya kesan untuk memperbolehkan berpacaran sebagaimana diungkapkan dr. Boyke, tentu akan membuka peluang besar terjadinya free sex. Walaupun dengan alasan sebagai latihan pendewasaan dan pematangan emosi. Justru bila terjadi pacaran yang diselenggarakan secara sembunyi-sembunyi oleh para remaja karena tidak adanya kepercayaan yang nantinya tidak membawa keuntungan. Dan adanya kasus-kasus kehamilan pra-nikah umumnya dilakukan karena pacaran yang menggunakan sistem backstreet dan adanya ketidakharmonisan dengan orang tua.

Padahal kalau sudah terjadi hubungan yang statusnya pacaran, tidak menutup kemungkinan hal-hal yang bakal menyerempetnya seperti diungkapkan Iip Wijayanto; room oriented, love in all the time, show, experiment, just having fun. Memang sangat ironis sekali bila cinta yang ada justru telah disalahgunakan. Padahal cinta itu sebenarnya suci dan dapat membawa manusia dalam menemukan jati dirinya. Namun kenyataan yang ada dan sering kita lihat dilapangan malah cinta menjadi tameng untuk berbuat maksiat dan menyakiti seseorang yang dicintai. Semuanya selalu berkedok dengan nama cinta dan semuanya untuk membuktikan kecintaan yang tak pernah terbukti untuk kelanjutannya.

Kejadian-kejadian yang berasal dari cerita orang lain dan berdasarkan pengamatan merupakan sesuatu yang logis. Semua itu juga didukung angka pelecehan seksual yang terus meningkat, adanya affair antara dosen dan mahasiswa ataupun mahasiswi/mahasiswanya, guru mencabuli muridnya, ayah yang memperkosa anaknya sendiri, pembuangan bayi karena hasil hubungan gelap dan masih banyak lagi konsekuensi logis dari tampilan fisik yang benar-benar sudah menjadi replika dari bangunan kebudayaan masyarakat barat yang mengagungkan liberalisme dan kebebasan dalam segala bidang.

Tentu dapat dibayangkan seperti apa masa depan umat Islam di masa yang akan datang dengan rendahnya moralitas generasi muda, dalam kaitannya remaja Muslim yang seperti ini. Paling tidak tugas penting yang seharusnya menjadi pemikiran kita bersama untuk pemecahannya.

  1. Hendaknya kepada para mujtahid dapat lebih toleran dalam membangun kaidah-kaidah hukum dengan tujuan dapat diterima secara baik (tanpa konfrontasi sikap yang berlebihan), dengan tidak mengabaikan substansi konsepsi hukum yang telah ada, yakni al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi.
  2. Meluruskan kekeliruan terhadap adanya paradigma di kalangan orang tua yang selama ini memiliki semacam konvensi bahwa seorang anak yang telah memiliki usia siap untuk menikah, baru diperbolehkan nikah jika telah menyelesaikan studinya dan memperoleh pendapatan yang memadai. Sebenarnya pendapat ini tidaklah salah, justru ini baik mengingat dalam pernikahan tidak hanya berisi hubungan biologis tapi juga adanya tanggung jawab yang lebih banyak menyita perhatian. Namun yang terjadi tidak seperti yang diharapkan orang tua, justru yang ada mereka melakukan hubungan seks tanpa perlu membangun akad yang sah dan diridhai Allah. Bila seperti itu maka paradigma yang terbentuk sejak awal malah menjerumuskan generasi muda.

Cinta akan menampakkan diri dalam berbagai bentuknya. Dan bentuk cinta yang cenderung berkaitan pada remaja yaitu:

v  Cinta diri

Cinta ini erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia akan senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi, dan mengaktualisasikan dirinya. Ia akan mencintai sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan, ketentraman, dan kebahagiaan. Sebaliknya, ia akan membenci segala hal yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan marabahaya.

Gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya ialah kecintaannya yang sangat kuat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginan dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup. Dan gejala yang lainnya yaitu permohonan yang terus menerus agar dikaruniai kesehatan, kebaikan dan kenikmatan hidup.

v  Cinta pada sesama

Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan kehamonisan dengan manusia yang lain, maka tidak boleh tidak harus dapat membatasi cinta pada diri sendiri dan keegoisannya. Hendaknya dapat menyeimbangkan cinta dan kasih sayangnya pada orang lain. Sebagaimana al-Qur’an menekankan tentang perlunya kasih sayang dan keakraban antara manusia satu dengan yang lainnya;

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempertautkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara…” (QS. Ali Imran: 103).

Al-Qur’an dengan tegas menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri, hal ini sebagai antisipasi agar membatasi pada ekstrimitas cinta.

v  Cinta seksual

Cinta ini erat kaitannya dengan dorongan seksual. Islam mengakui dorongan seksual, bukan mengingkarinya. Dengan sendirinya mengakui cinta seksual yang menyertai hal tersebut. Sebab hal itu juga merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang tidak dapat diingkari oleh Islam, ditentang ataupun ditekan secara paksa. Justru yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu pernikahan. Sebab untuk melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri.

Yang jelas berbagai dampak negatif akibat pergaulan bebas bisa meningkat seribu kali lipat daripada dampak positif yang dapat diharapkan. Ketika terjadi pertentangan antara yang bersifat positif dan negatif, maka mencegah sesuatu yang negatif adalah lebih utama. Apalagi ketika nilai positifnya tidak seberapa bila dibandingkan dengan sisi negatif yang ditimbulkannya.

Di sisi lain, perempuan yang sering bergaul bebas dengan laki-laki akan tergerak untuk selalu memperlihatkan berbagai bentuk perhiasan yang dipakainya. Ia merasa bangga bila para lelaki kagum melihat sosoknya yang manggairahkan.

*****


Aksi

Information

Tinggalkan komentar